Social Media

GUSDURian Gorontalo Gelar Forum 17-an tentang Kemerdekaan dalam Keberagaman

Komunitas GUSDURian Gorontalo menggelar forum tujuh belasan untuk menyemarakkan hari lahir KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan dirangkaikan dengan HUT Ke-77 Republik Indonesia. Kegiatan ini mengusung tema ‘Kemerdekaan dalam Keberagaman’ yang bertempat di Aula Gereja Oikumene (Kantor GPIG) Kota Gorontalo, Jum’at (19/8/2022).

Dalam kegiatan, turut hadir organisasi/komunitas lintas isu, maupun lintas agama. Mulai dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII/NU), Perada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND). Selain itu, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Gorontalo, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO, Institute for Humanities and Development Studies (InHIDES), Komunitas literasi sampul belakang, serta Komunitas GUSDURian Pohuwato yang ikut bergabung juga dalam kegiatan.

Dalam prosesnya, setiap organisasi diajak untuk merefleksikan kemerdekaan dalam keberagaman yang ada, sebagai refleksi bersama guna membaca kondisi Gorontalo saat ini. Setiap peserta diajak membagikan dan merefleksikan pengalaman empiris yang telah dialami dalam lingkungan sekitar masing-masing setiap individu.

Jay Akhmad dari Sekertariat Nasional Jaringan GUSDURian, dalam sambutannya, mengatakan bahwa bulan Agustus merupakan bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Setiap tahun masyarakat Indonesia memeriahkan kemerdekaan ini dengan berbagai hal, termasuk membuat berbagai kegiatan yang positif untuk menghargai pahlawan kemerdekaan, seperti kegiatan Forum 17-an yang dibuat GUSDURian Gorontalo.

Ia juga menjelaskan kemerdekaan bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, melainkan harus direbut dan diperjuangkan. Pasalnya, kemerdekaan yang kita dapatkan sampai sekarang adalah hasil dari pejuangan para pahlawan dan pendahulu kita. Jay berharap, kemerdekaan itu harus terus diperjuangkan hingga tidak ada yang dibatasi berbagai hal, termasuk kebebasan beribadah.

“Sehingga, kita perlu mengasah kembali perjuangan kita untuk menjaga kemerdekaan dengan memperjuangkannya. Untuk mencapai itu, sejatinya kita perlu ada pembebasan dan kebebasan, termasuk kita harus bebas beragama, beribadah, dan harus menjaga perbedaan yang ada. Melalui Forum 17-an ini tujuannya adalah hal tersebut. Gus Dur sudah meneladankan, saatnya kita melanjutkan,” kata Jay Ahmad.

Nurhikmah Biga, Koordinator GUSDURian Gorontalo mengatakan, Forum 17-an ini merupakan satu ruang perjumpaan seluruh agama dan golongan yang ada. Hal ini sebagai upaya menjaga ikatan toleransi di Gorontalo. Ia menjelaskan, GUSDURian Gorontalo berkeinginan membangun Gorontalo yang inklusif untuk membangun lingkungan yang terbuka bagi siapa saja dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda.

Selain itu, Nurhikmah Biga juga menambahkan GUSDURian berkeinginan dengan adanya forum tujuh belasan ini bukan hanya menjadi ruang-ruang perjumpaan awal untuk semua agama dan kepercayaan. GUSDURian akan terus berkomitmen untuk menjahit semua perbedaan yang ada dengan membuat perjumpaan secara terus menerus sehingga GUSDURian Gorontalo dapat menjadi komunitas yang inklusif dan menjadi ruang aman untuk seluruh masyarakat di Gorontalo tanpa melihat latar belakang agama dan kepercayaannya.

“Forum ini juga sebagai langkah kita untuk membangun GUSDURian Gorontalo agar bisa beragam. Kami juga mengajak semua agama dan golongan bisa menjadi penggerak GUSDURian yang bisa sama-sama berjuang dalam menjahit semua perbedaan yang ada,” kata Nurhikmah Biga

Muhammad Djufy Hard, pembina komunitas GUSDURian Gorontalo mengatakan Forum 17-an ini dibuat berdasarkan kegelisahan kita terhadap keterlibatan muslim yang masih mendominasi penggerak GUSDURian Gorontalo. Sehingga, dengan perjumpaan ini, seluruh agama dan golongan bisa menjahit secara bersama-sama keberagaman yang ada.

Ia menambahkan, tema kemerdekaan dalam keberagaman yang diangkat dalam kegiatan ini untuk melihat bagaimana makna kemerdekaan dari seluruh agama dan golongan untuk mencapai kesetaraan. Ia bilang, kita harus membangun kesetaraan dari setiap golongan untuk keberagaman dan menjaga toleransi beragama, karena perbedaan itu merupakan realitas.

“Semoga dengan kegiatan ini berjalan dengan baik untuk kita semua, dan bisa menjadi langka awal untuk menjaga keberagaman yang harusnya benar-benar dijaga. Saya berharap kehidupan serupa akan bisa dilaksanakan kembali di berbagai golongan agar kita bisa terus melakukan perjumpaan dan menjaga toleransi,” kata Djufy Hard.

I Wayan Sudana dari Pandita Hindu yang turut menjadi pemantik di kegiatan itu mengatakan, untuk memaknai kemerdekaan Indonesia, kita perlu kesadaran membangun, baik membangun kesadaran individu maupun kelompok. Karena, pada dasarnya untuk mengaplikasikan kemerdekaan Indonesia, perlu ada kesadaran dalam menjaga keberagaman dan perbedaan yang ada. Pasalnya, dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, semua golongan ikut serta di dalamnya, dan itu harus kita sadari.

Selain itu, kata I Wayan, kesadaran merupakan sikap untuk merespons keberagaman yang ada. Menurutnya, jika semua kelompok dan golongan benar-benar memiliki kesadaran individu dan kelompok pasti dapat membantu dan melindungi realitas keberagaman yang ada. Ia bilang, dengan kesadaran itu, pasti tercipta persatuan dan kerukunan dalam setiap agama serta golongan yang ada.

Menurutnya, kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas GUSDURian Gorontalo merupakan bentuk membangun kesadaran dengan melakukan perjumpaan berbagai agama dan golongan. Katanya, perjumpaan ini perlu dirawat bersama agar kita bisa membangun kesadaran bersama dan menjaga keberagaman untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya.

“Kita harus membangun kesadaran dalam membangun kesadaran di lingkungan masyarakat. Menurut saya, kegiatan GUSDURian ini adalah langka yang baik untuk kita bersama dalam membangun kesadaran individu dan kelompok secara bersama-sama. Saya harap, perjumpaan ini harus terus dilaksanakan,” ungkapnya

Pada akhir kegiatan, semua organisasi, baik organisasi kemahasiswaan dan organisasi lintas iman yang turut hadir dalam kegiatan tersebut berkomitmen ikut membuat kegiatan bersama agar tercipta perjumpaan-perjumpaan selanjutnya agar keberagaman tetap terjaga.

Penggerak Komunitas GUSDURian Gorontalo.