Social Media

Pojok GUSDURian Kampus UINAM Edisi ke-11 Bahas Relasi Cak Nur dan Gus Dur serta Pemikirannya

Komunitas GUSDURian Makassar kembali menggelar Pojok GUSDURian UIN Alauddin Makassar (UINAM). Pada edisi ke-11 ini, forum diskusi bertemakan “Cak Nur: Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan” tersebut bertempat di pelataran Masjid Kampus II UIN Alauddin Makassar, Kamis 29 September 2022.

Pojok GUSDURian UINAM kali ini menghadirkan Panji Hartono yang merupakan salah satu penggagas Teras Cak Nur sebagai pemateri, serta Junia yang merupakan salah satu penggerak pojok GUSDURian UINAM sekaligus moderator pada kegiatan ini.

Pojok GUSDURian Kampus merupakan wadah diskusi mingguan yang dilakukan oleh penggerak GUSDURian yang berasal dari berbagai kampus, dengan tema yang beragam dan memiliki keterkaitan dengan 9 nilai utama Gus Dur.

Junia selaku moderator membuka diskusi dengan memberi pengantar terkait dengan tema yang didiskusikan. Ia mengatakan bahwa sepak terjang seorang Cak Nur ini sudah tidak asing di telinga aktivis muda.

“Nurcholish Madjid atau biasa dipanggil Cak Nur, dikenal sebagai salah satu cendekiawan muslim yang sangat berpengaruh di Indonesia. Beliau melahirkan banyak gagasan yang hingga kini masih diperbincangkan oleh banyak kalangan,” katanya.

Panji selaku pemateri memulai diskusinya dengan menjelaskan latar belakang dari Cak Nur dan keterkaitannya dengan Gus Dur.

“Keeratan hubungan Gus Dur dan Cak Nur sudah terjalin dari kakek-kakeknya, di mana ayah dari Cak Nur atau Abdul Majid dan KH Hasyim Asy’ari memiliki kedekatan emosional. Ayah Cak Nur ini menjadi salah satu santri kesayangan mbah Hasyim, sehingga kedekatan itu menurun ke anak cucu mereka,” jelas Panji.

Menurut Panji yang juga merupakan alumnus Ponpes Darussalam Gontor ini, pergolakan pemikiran seorang Cak Nur ini beliau dapatkan dari banyak perjumpaan dengan hal-hal baru.

“Setidaknya ada dua fase yang mendasari pergolakan pemikiran seorang Cak Nur. Fase pertama adalah gagasan tentang keislaman dan keindonesiaan, lalu pada fase kedua adalah gagasan tentang keislaman dan kemodernan,” tambahnya.

Di akhir diskusi, Tenri Wuleng yang merupakan penggerak GUSDURian Makassar yang menyempatkan hadir pada forum kali ini, memberi apresiasi kepada peserta diskusi dan berharap perjumpaan seperti ini tidak akan berhenti pada diskusi ini saja.

“Ke depannya GUSDURian Makassar sangat mengharapkan keterlibatan teman-teman dalam setiap perjumpaan Pojok GUSDURian UINAM ini. Dari perjumpaan inilah kita harapkan agar nilai-nilai kemanusiaan yang diwarisi oleh para guru bangsa, khususnya Gus Dur dan Cak Nur bisa tumbuh di sudut-sudut kampus,” tutupnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Makassar, Sulawesi Selatan.