Social Media

Pojok GUSDURian UIN Alauddin Makassar ke-14: Bahas Universalisme Agama, Gen Z, dan Budaya Populer

Setelah rehat beberapa minggu, Pojok GUSDURian UIN Alauddin Makassar kembali diadakan. Pada pertemuan ke-14 ini menghadirkan Syamsul Arif Galib sebagai narasumber dan dipandu langsung oleh Nurfadhilah seorang mahasiswi UIN Alauddin yang juga penggerak GUSDURian. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid UIN Alauddin Makassar pada Jumat (04/11/2022).

Syamsul Arif Galib yang merupakan sekertaris prodi studi agama-agama membawakan materi dengan tajuk “Universalisme Agama, Gen Z, dan Budaya Populer”. Sekertaris Prodi Studi Agama-Agama tersebut dalam diskusinya menyampaikan bahwa agama tidak boleh dilihat sebagai lawan dari modernisme.

“Agama tidak boleh dilihat sebagai lawan dari modernisme, melainkan yang paling penting adalah bagaimana kita melihat agama dengan nilai-nilai yang dibawakannya, apakah kemudian ia lebih banyak membawa manfaat bagi manusia,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan alasan mengapa banyak orang-orang yang berperilaku intoleran terhadap sesamanya.

“Penyebab orang kehilangan toleransinya dan bersikap radikal ialah karena ia kurang dalam tiga hal yakni kurang baca, kurang gaul, dan kurang traveling. Kekurangan ketiganya akan membuat orang lain tidak terbuka dalam banyak hal,” tambahnya.

Dalam diskusi Pojok GUSDURian UIN Alauddin Makassar ini ia mengharapkan agar GUSDURian dapat bekerja sama dengan pihak kampus, khususnya dalam pencegahan intoleransi di kampus yang menyasar mahasiswa dan akademisi.

Di akhir kegiatan, Fachrizal Ubbe yang merupakan pengurus Lembaga Ekonomi Mahasiswi Islam (LEMI) HMI Cabang Gowa hadir dan memberikan tanggapannya selama mengikuti kegiatan pojok kali ini.

“Menarik sekali apa yang disampaikan oleh pemateri. Tapi ada sedikit keresahan yang saya alami terkait persoalan budaya populer yang pemateri sampaikan. Saya rasa akan lebih menarik jika pada pembahasan budaya populer kita menyinggung sedikit mengenai lokalitas kita. Hal ini yang kurang, karena menurut saya dekolonisasi kebudayaan itu penting untuk disuarakan,” jelasnya.

Nurfadhilah selaku moderator menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada peserta yang konsisten mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Ia berharap pada Pojok GUSDURian UIN Alauddin selanjutnya akan lebih baik lagi.

“Terima Kasih kepada seluruh peserta yang hadir dan juga kepada pemateri yang telah mengajarkan kita banyak hal terkait tema yang diangkat. Saya berharap pertemuan seperti ini akan terus berlanjut dan tetap menjadi wadah bergerak bagi teman-teman yang memiliki spirit kemanusiaan,” tutupnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Makassar, Sulawesi Selatan.