Social Media

Rayakan Hari Toleransi Internasional, GUSDURian Ciputat Gelar Nobar Film Liyan dan Diskusi Publik

Dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional, GUSDURian Ciputat bersama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat menggelar acara nonton bareng (nobar) film Liyan dan diskusi publik refleksi Hari Toleransi Internasional di Aula Fastabiqul Khoirot IMM. Acara tersebut berlangsung pada hari Selasa (29/11/21) malam.

Turut hadir di acara tersebut berbagai organisasi daerah dan pemuda lintas agama, di antaranya adalah Pemuda Agama Konghucu Indonesia (Pakin). Kegiatan tersebut diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan sambutan oleh panitia.

Nurun Nisa selaku narasumber pertama menilai bahwa cara yang dilakukan oleh Bupati Wonosobo ketika mengatasi konflik antaragama merupakan cara yang universal dan dapat dilakukan oleh banyak orang.

“Cara-cara Bupati (Wonosobo) Abdul Kholiq Arif dengan cara ngopi itu cara yang sangat universal, dalam artian itu sesuatu yang ternyata bisa dilakukan di mana-mana, tidak hanya di Wonosobo, dan saya kira semua orang bisa melakukan pendekatan itu,”ucap Nisa.

Ia juga menjelaskan bagaimana warga Nahdlatul Ulama (NU) menyikapi sebuah perbedaan yang ada, terdapat beragam cara, antara lain trilogi persaudaraan, yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah watoniyah, dan ukhuwah basyariyah.

“Kalau misalnya kita mengutip kata-kata Sayyidina Ali, orang yang bukan saudaramu dalam keimanan adalah saudaramu dalam kemanusiaan,”ujar Nisa.

Berikutnya, narasumber kedua Imam Arifin, di awal penyampaiannya, menjelaskan bahwa aula Fastabiqul Khoirot merupakan tempat yang memang kerap kali digunakan berbagai kegiatan.

“Di tempat inilah sekiranya IMM Ciputat ini selalu mengadakan kegiatan-kegiatan baik itu kegiatan formal maupun non-formal,” ucap Arifin.

“Dan ini sekaligus wilayah kaderisasi IMM Ciputat, jadi alangkah bagusnya kegiatan-kegiatan seperti ini kita terus pelihara, apalagi momentumnya adalah silaturahmi. Ini yang saya pikir adalah cara yang paling bagus dalam menguatkan persaudaraan dan kesatuan kita,” sambungnya.

Menurut Arifin, toleransi adalah bentuk penghargaan sekaligus tidak menghina terhadap hal yang berbeda. Baginya, konteks toleransi sangat luas, bukan saja ada pada agama.

“Toleransi itu kan intinya menghargai sesuatu yang berbeda, tapi sekaligus juga tidak menghina yang menjadi pilihan orang lain,”ujar Arifin.

Sebagai informasi, film Liyan ini merupakan film dokumenter yang diproduseri oleh Puguh Windrawan. Film ini menampilkan harmonisasi antaragama dan penganut kepercayaan di Wonosobo. Di kawasan ini, tingkat toleransi terbilang tinggi, satu sama lain saling melindungi tanpa intimidasi. Film yang pertama kali dirilis pada 28 Agustus 2019 ini telah ditonton ribuan kali.

Acara nobar dan diskusi publik ini berjalan lancar hingga penghujung acara dan dihadiri kurang lebih sebanyak 40 peserta dari berbagai organisasi.

Penggerak Komunitas GUSDURian Ciputat, Tangerang Selatan.