Social Media

Peringati Haul Gus Dur ke-12, GUSDURian Jogja Adakan Napak Tilas Gus Dur di LKiS

LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Ilmu Sosial) merupakan salah satu tempat yang cukup sering didatangi oleh Gus Dur ketika di Yogyakarta. Barangkali kedekatan Gus Dur terjalin dengan LKiS lantaran posisi Gus Dur saat itu adalah Ketua PBNU, serta fokus isu yang digeluti oleh Gus Dur sejalan dengan apa yang dilakukan oleh LKiS. Di antara para pendiri LKiS yang bisa kita ketahui yakni Hairus Salim, Jadul Maula, beserta 12 anak muda yang berasal dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta saat itu.

“LKiS hadir untuk semua warga Indonesia,” ucap Novi Triana, program manager LKiS saat mengisi acara “Napak Tilas” oleh Santri Gus Dur Yogyakarta.

Bagi Novi, Gus Dur adalah tokoh yang cukup penting dalam perjalanan LKiS. Sebab melalui tulisan-tulisannya ia mampu menghipnotis para pembaca. Apalagi dengan pemikirannya tentang demokrasi, keislaman, dan lain sebagainya. 

“Di LKiS, tempat yang sekarang kita duduk ini, Gus Dur dulu tidur-tiduran di sini, diskusi, dan melakukan macam-macam aktivitas lain,” jelas Novi.

Keberadaan LKiS menjadi wadah yang cukup luas bagi semua orang untuk mendapatkan perlindungan. Apalagi untuk kalangan anak muda, akademisi ataupun mahasiswa. Sejak berdirinya LKiS pada tahun 1992 hingga saat ini sudah melahirkan begitu banyak tulisan.

“Di masa awal-awal pendirian, LKiS pernah menyebarkan tulisan berbentuk lembaran yang dibagikan di masjid-masjid pada tiap Jumat. LKiS juga mendirikan taman baca untuk mendukung penguatan literasi bagi anak-anak muda. Program itu juga berangkat dari semangat dan ghirah perjuangan Gus Dur sebagai orang yang kuat persoalan literasi,” ucap Novi.

Tidak hanya itu, terbitan LKiS bisa menjadi referensi utama untuk dibaca. Sebab LKiS tidak hanya sebagai wadah sosial, akan tetapi juga sebagai penerbit. Di LKiS juga menjadi tempat diskusi anak-anak muda, mulai dari komunitas hingga organisasi kampus.

Mohammad Ali Rohman, Program Officer LKiS yang juga menjadi pembicara pada acara tersebut menjelaskan bahwa ada banyak nilai-nilai yang diterapkan oleh Gus Dur dan itu menjadi nilai yang dibawa oleh gerakan sosial di LKiS. Apalagi isu yang dikawal oleh LKiS adalah kelompok-kelompok marjinal, khususnya dalam isu agama seperti para penghayat yang tidak mendapatkan pendidikan, akses publik.

“Saya memang tidak sezaman dengan Gus Dur. Akan tetapi, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Gus Dur sangat relevan dengan apa yang dilakukan olehnya. Mulai dari isu kemanusiaan, kesetaraan, hingga perdamaian,” jelas Ali.

Jika dilihat dari sejarah panjang perjalanan berdirinya LKiS, banyak sekali yang dilakukan oleh LKiS melalui program-programnya. Mengawal program seperti perjuangan untuk para penghayat juga tidak lepas dari nilai kemanusiaan yang dibawa oleh Gus Dur.

Tidak hanya Ali, Nungky Kusetyowati selaku Staf Keuangan LKiS yang turut menjadi pembicara pada acara tersebut memaparkan bahwa Gus Dur dalam setiap agenda yang dilakukan selalu memberikan inspirasi kepada kita semua. Apalagi bagi anak muda yang melanjutkan perjuangan Gus Dur untuk mewujudkan perdamaian.

“Di tengah konflik perpecahan yang masih kita rasakan, perbedaan pendapat yang terus tercipta, saling menyalahkan yang semakin menguat di tengah masyarakat kita. Nilai-nilai Gus Dur menjadi penting untuk terus kita teladani sebagai anak muda, masyarakat yang mendambakan perdamaian,” ucap Nungky, sapaan akrabnya.

Selain itu, Novi menambahkan bahwa tantangan besar kita adalah zaman yang tidak sama dengan Gus Dur. Di zaman Gus Dur, objek yang bermasalah jelas, orang yang ingin dilawan jelas. Sedangkan saat ini, kita berperang melawan yang tidak nyata karena adanya media sosial.

Keberadaan media sosial menjadi lawan perang yang cukup absurd. Sebab kita bingung untuk membedakan fakta, opini, bahkan hoaks. Sehingga tantangan yang ada cukup besar dan akses yang sangat luas untuk update informasi.

“Ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai anak muda untuk terus membumikan nilai-nilai Gus Dur, seperti menggunakan media sosial dengan bijak, mengkampanyekan toleransi dan perdamaian di media sosial, serta terus aktif dalam bidang-bidang perdamaian untuk terus menjaga keutuhan NKRI,” pungkas Novi.

Acara ditutup dengan pemberian doorprize kepada peserta dan pemateri serta ditutup dengan foto bersama.

Penggerak Komunitas GUSDURian Jogja.