Social Media

Tadarus Pemikiran Gus Dur Kembali Digelar, GUSDURian Ciputat Angkat Tema Periode Ilmiah dan Dobrakan Pembaharuan

Tadarus Pemikiran Gus Dur yang digagas Komunitas GUSDURian Ciputat kembali digelar pada Jum’at (29/7/22) lalu. Tadarus Pemikiran Gus Dur kali ini dibawakan oleh Gatot Anwar Subaningrat dengan tema “Gus Dur: Periode Ilmiah dan Dobrakan Pembaharuan”.

Tadarus Pemikiran ini dimulai sejak pukul 20:00 hingga selesai dan bertempat di Warkop Tenda Biru Kampus 3 UIN Jakarta. Di awal-awal penjelasannya, Anwar menekankan bahwa dirinya bukanlah sebagai orang yang paling banyak tahu dan mengerti soal Gus Dur. Karenanya, ia mengatakan bahwa diskusi ini adalah ruang milik bersama. Ia mempersilakan jika ada yang berbeda pendapat dan pandangan, lalu menyampaikannya.

“Saya berharap akan ada silang pendapat di forum ini, sehingga akan ada insight baru, lalu tersusun menjadi pemahaman dan pengetahuan yang baru,” ucap Anwar.

Menurutnya, Gus Dur adalah figur yang menarik dan sangat sulit dijumpai di tempat lain. Hal ini diakibatkan karena Gus Dur telah melewati fase pengembaraan intelektual dan keluasan pengalaman. Misalnya saja, masa pesantren, Timur Tengah, dan Eropa. Semua iklim tersebut telah dilalui Gus Dur dan menyatu-padu ke dalam dirinya.

Atas kenyataan yang dilalui Gus Dur, pada tahun 80-an, di antaranya Gus Dur pernah menyodorkan sebuah gagasan menarik, yaitu Pribumisasi Islam. Gagasan ini dilontarkan oleh Gus Dur lantaran saat itu gagasan yang tampak di permukaan adalah gerakan formalisasi Islam.

“Misalnya saja, pergeseran kata “sahabat” menjadi “akhi“, “langgar” menjadi “musholla” atau “sembahyang” berganti jadi “sholat“, dan lain seterusnya,” tutur Anwar seperti dikutip dari catatan Gus Dur.

Gagasan Pribumisasi Islam lalu menjadi sebuah pandangan baru di tahun-tahun tersebut. Tanpa berniat melupakan gagasan-gagasan yang lain, pesantren sebagai subkultur misalnya. Ada kebaruan pandangan di situ.

Lebih jauh, ada alasan apa di balik Gus Dur menawarkan pandangan Pribumisasi Islam? Apa yang terjadi jika kecenderungan formalisasi Islam itu dibiarkan? Bagi Gus Dur jika kecenderungan tersebut terus berlangsung tanpa mau dikoreksi maka yang ada adalah ketakutan kepada Islam sendiri.

“Yang ada malah rasa takut bagi kalangan yang mementingkan warna lokal dari kebudayaan tanah air kita. Hal itu akan hilang perlahan-lahan tanpa terasa. Biarlah keduanya bergumul menemukan bentuk terbaiknya tanpa melewati batas prinsipil dalam Islam,” jelas Anwar.

Sebagai informasi, Tadarus Pemikiran kali ini dihadiri oleh belasan peserta dari bermacam latar belakang. Untuk tadarus pemikiran selanjutnya akan digelar pada 11 Agustus 2022 dengan tema “Gus Dur dan Dekade Terakhir Orde Baru”. Penting diingat, tadarus pemikiran ini terbuka untuk umum.

Penggerak Komunitas GUSDURian Ciputat, Tangerang Selatan.