Muhammadiyah sampai detik ini masih konsisten dan komitmen “jihad” melawan pandemi Covid-19. Di mana penyebaran Covid-19 masih sangat tinggi dan cenderung meluas ke beberapa daerah di pelosok Indonesia.
Berdasarkan data dari Worldmatars yang dikutip oleh KOMPAS.com tercatat kasus Covid-19 22.750 kasus, 5.402 orang sembuh, 1.372 orang meninggal. Data ini menunjukan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia masih berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan warga Indonesia, sehingga kita tidak boleh meremehkan dan apatis. Kita harus tetap waspada dan berikhtiar terus melawannya.
Berdasarkan situasi dan realitas di atas, Muhammadiyah secara tegas menolak ajakan berdamai dengan Covid-19, walaupun itu disuarakan oleh Bapak Jokowi Presiden Indonesia. Hemat saya tidak berlebihan jika Muhammadiyah berposisi sebagai “Garda Terdepan dan Terakhir dalam Jihad Melawan Pandemi Covid-19” di Indonesia.
Penyempatan tersebut tidak berlebihan, jika kita lihat realitas di lapangan (masyarakat) Muhammadiyah masih tegar, tetap komitmen, konsisten, kerja keras, terus berikhtiar semaksimal mungkin melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat Indonesia dari pandemi Covid-19. Sementara pihak lain sudah mulai putus asa, menyerah, bingung, capek, dan plin-plan dalam bersikap dan membuat kebijakan terkait melawan Covid-19.
Muhammadiyah tidak terpengaruh dengan situasi tersebut. Muhammadiyah terus konsisten melakukan “Jihad Kemanusian” dengan menggerakkan semua kekuatan dan potensi yang dimilikinya. Dengan satu tujuan yaitu “ber-fastabiqul khairat” membantu orang lemah, orang kesusahan, orang sakit agar kembali tersenyum, sehat dan bahagia dalam rangka ibadah untuk mendapatkan mardhatillah. Tujuan di atas merupakan dari perwujudan atau aktualisasi dari teologi “Al-Ma’un” atau ideologi “Welas Asih” yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan.
Komitmen Muhammadiyah dalam rangka jihad kemanusiaan melawan Covid-19 di antaranya tampak dari beberapa program organisasi dan aksi sosial dakwah di lapangan (masyarakat Indonesia), yaitu:
Pertama, menggerakkan semua potensi SDM/tenaga Kesehatan Muhammadiyah mulai dari para dokter perawat, bidan untuk membantu dan menangani pasien terpapar Covid-19 di seluruh Indonesia. Berdasarkan data MCCC Pusat yang dikutip oleh bisnisnew.id terdata sekitar 60.000 relawan satgas Covid-19 dari unsur medis dan non-medis di seluruh Indonesia. Mereka aktif membantu perawatan terpapar Covid-19. disebutkan pula data tenaga medis ada 2.396 dokter, 7.225 perawat, 1.333 bidan, penunjang medis 1.009 petugas farmasi, 700 petugas gizi dan 6.482 tenaga umum di Rumah Sakit Muhammadiyah.
Sementara tenaga non-medis ada 30 psikolog, 62 staf psikolog, 32 staf logistik, 45 staf administrasi dan jaringan PWM, PDM, PCM, PRM seluruh Indonesia.
Kedua, menyediakan Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) seluruh Indonesia untuk dijadikan rumah sakit rujukan pasien Covid-19, bahkan saat ini sedang di bangun Rumah Sakit Muhammadiyah Khusus Covid-19 di Yogyakarta.
Berdasarkan data Majelis Pelayanan Kesehatan Umat (MPKU) PP Muhammadiyah yang dikutip oleh REPUBLIKA.co.id disebutkan dalam rangka membantu penanganan Covid-19 PP Muhammadiyah dan Aisyiah sudah menunjuk 35 Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Ketiga, mendirikan Relawan Satgas Covid-19 yang terorganisir dalam Muhammadiyah Covid-19 Comand Center (MCCC) di seluruh pelosok daerah dari (Aceh hingga Papua) di Indonesia. MCCC merupakan relawan satgas Covid-19 yang beranggotakan seluruh anggota dari Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), yaitu Pemuda Muhammadiyah, IMM, IPM, NA, HW, Tapak Suci, Aisyiah dan elemen Perguruan Tinggi Muhammadiyah seluruh Indonesia.
Program yang dilakukan adalah pembagian sembako warga terdampak Covid-19, pembagian masker, hand sanitizer, pendampingan psikologi, dan pembentukan lumbung pangan dan sebagainya. Berdasarkan data MCCC Pusat Muhammadiyah dikutip oleh media bisnisnews.id disebutkan bahwa hingga saat ini 17 Mei 2020 Muhammadiyah dan Aisyiah sudah berdonasi diluar biaya Rumah Sakit sekitar Rp.130 miliar di seluruh Indonesia, sebagai gerakan filantropi sosial membantu korban Covid-19.
Keempat, tetap komitmen berjuangan membantu keberlangsungan dunia pendidikan di Indonesia yang cenderung terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data MCCC Pusat Muhammadiyah yang dikutip oleh bisnisnews.id disebutkan hingga 28 April 2020 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PTM/A) seluruh Indonesia telah membantu stimulus penanganan Covid-19 sekitar Rp. 78,5 Miliar, terutama diberikan untuk peringanan biaya Kuliah sekitar Rp. 36,4 Miliar bagi 36.390 mahasiswa, dan subsidi pembelanjaan online sekitar Rp. 27, 3 Miliar bagi 174.509 mahasiswa di seluruh Indonesia.
Selain itu, sumbangan juga didistribusikan dalam bentuk bantuan pelayanan pasien Covid-19 di rumah sakit sekira Rp. 8,4 Miliar dan untuk takjil dan sahur sekitar Rp. 1,4 miliar dan bantuan untuk APD untuk tenaga medis senilai Rp. 1,4 Miliar.
Selain “Jihad Material” di atas, Muhammadiyah juga tetap konsisten dan komitmen agar warga atau anggota dan simpatisan Muhammadiyah mengikuti dan menjalankan protokol kesehatan yang direkomendasi WHO.
Konsistensi tersebut ditindaklanjuti dengan pembuatan peraturan atau kebijakan organisasi dengan beragam bentuk, mulai pembuatan Surat Keputusan (SK) l, maklumat dan pamflet-pamflet himbauan terkait ihwal hidup sehat dan cara beribadah di tengah Pandemi Covid-19. Semisal maklumat anjuran salat Idul Fitri sebaiknya di rumah saja untuk menghindari penularan masif Covid-19. Ada pula maklumat dan panduan tata cara ibadah keseharian maupun salat Jumat di rumah saja, dan sebagainya.
Dari beragam program dan aksi dakwah sosial melawan Covid-19 yang sudah dan sedang terus dilakukan oleh Muhammadiyah itulah yang saya sebut Garda Terakhir dalam Jihad Melawan Covid-19 di Indonesia. Semoga Muhammadiyah terus tanpa lelah selalu membantu seperti “Matahari” menyinari Indonesia.
Sumber: arrahim.id