Belum lama ini, KH. Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) terpilih sebagai salah satu anggota Komisi Internasional Indo-Pasifik sebuah lembaga terkemuka di Inggris yang nantinya bakal menyusun cetak biru pendekatan strategis baru di kawasan Indo-Pasifik dengan mengkaji masalah perdagangan, diplomasi, politik, dan pertahanan keamanan.
Selain Gus Yahya ada 16 tokoh dari kawasan Indo-Pasifik yang menjadi anggota lembaga tersebut seperti Jepang, India, Australia, Korea Selatan, dan Singapura.
Gus Yahya kerap kali namanya melambung, bahkan viral di media sosial seperti sekarang dan dua tahun silam, tepatnya pada tanggal 10 Juni 2018. Pada saat itu, warganet sempat digegerkan kabar kunjungannya ke Israel. Banyak orang memaki-maki beliau dengan kasar, menudingnya sebagai antek Israel, marah-marah tak jelas, bahkan ada yang mendoakannya masuk neraka. Hampir dipastikan orang-orang itu belum mengenal beliau. Lantas, siapakah sebenarnya sosok fenomenal tersebut?
Gus Yahya adalah mantan juru bicara Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pada tahun 2015, kiai asal Rembang itu dipercaya menjadi Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2015-2020. Sedangkan pada tahun 2018, tepatnya 31 Mei 2018 beliau diangkat sebagai Wantimpres menggantikan posisi KH. Hasyim Muzadi. Tidak hanya itu, pengasuh pondok pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang itu juga menjabat sebagai Presiden Republik Terong Gosong hingga sekarang.
Tidak banyak yang tahu mengenai jabatan terakhir yang disandang. Terong Gosong adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Gus Yahya sendiri, kemudian ia didapuk sebagai presiden oleh para pengikutnya. Tepatnya pada tanggal 13 Mei 2009,Terong Gosong lahir melalui jejaring sosial Facebook. Menurut Gus Yahya, tidak ada tujuan khusus atas berdirinya Terong Gosong kecuali hanya untuk memanfaatkan teknologi agar bisa mendokumentasikan cerita-cerita di seputar dunia pesantren.
Sampai saat ini, anggota komunitas Terong Gosong lebih dari 39.000 orang. Ada ratusan konten yang terpampang pada halaman Facebook Terong Gosong, umumnya berupa cerita pendek jenaka yang mengundang gelak tawa. Berangkat dari sini, lahirlah buku The Terong Gosong (jilid 1) dan Terong Gosong Reloaded (jilid 2).
Buku ini berisi kumpulan kisah-kisah yang pernah diunggah di halaman Terong Gosong. Pada kata pengantar kita dapat mengetahui kronologi lahirnya buku ini. Cikal bakal terbitnya buku ini berawal dari sebuh komunitas, Terong Gosong, di laman penggemar Facebook. Menurut Gus Yahya, laman Facebook itu dimaksudkan sebagai wahana silaturahmi bagi para pengguna Facebook dari kalangan pesantren. Agenda utama dari komunitas ini adalah bertukar humor dan pengalaman lucu berkaitan dengan dunia pesantren.
Meski pada kata pengantar Gus Yahya menyebut buku ini hanya mengajak tertawa saja, namun ada banyak sekali hikmah, pelajaran, dan sejarah yang dapat dipetik dari buku ini. Konten dari buku ini persis dengan cerita-cerita lucu yang tak asing lagi bagi kaum sarungan. Biasanya, kisah-kisah humor di kalangan santri turun menurun diceritakan melalui budaya tutur yang sudah mengakar di dunia pesantren.
Melalui buku ini, Gus Yahya berupaya melestarikan kisah-kisah jenaka yang sudah bertahun-tahun tumbuh subur secara alami di kalangan santri.
Dengan cerdas buku ini hadir di tengah ketegangan Warga Negera Indonesia (WNI) yang belakangan kerapkali mengernyitkan dahi, merengut, bahkan sulit untuk sekadar tertawa. Sesuai dengan tagline komunitas Terong Gosong, yakni ketawa secara serius, buku ini berisikan cerita pendek bernuansa humor yang akan memantik ledekan tawa yang serius, ketawa yang paripurna bukan ketawa dengan main-main.
Salah satu kelebihan buku ini, bagi saya, adalah sanad dari kisah-kisah jenaka yang disajikan mutasil atau bersambung langsung dengan tokoh yang ada dalam cerita. Hal demikian tentu saja tidak mengejutkan, dalam tradisi NU sanad merupakan barang istimewa yang sangat berharga. Dengan sanad yang jelas, konten dari buku ini mampu mengajak pembaca meresapi, mengikutsertakan emosi saat membaca, dan tentu dapat dipertanggungjawabkan.
Jamak diketahui, NU adalah gudangnya cerita lucu atau guyonan. Setiap generasi NU dari masa ke masa selalu membawa kisah humor segar. Mulai dari zaman pendiri NU, Mbah Hasyim Asy’ari, hingga turun-menurun ke cucunya, Gus Dur, dan tentu saja diwarisi oleh para santri mutakhir.
Dalam buku ini, Gus Yahya banyak mengkisahkan cerita humor sesepuh NU, terlebih Gus Dur, baik saat beliau menjadi presiden maupun ketika sudah lagi tak menjabat. Cerita-cerita mengenai Gus Dur ia kisahkan dengan detail, gamblang tanpa aling-aling. Tidak hanya sekadar bercerita, Gus Yahya seringkali terlibat, menjadi saksi dalam kisah Gus Dur yang mengundang decak kagum, dan tentu tidak dapat disangka-sangka oleh siapa pun.
Melalui buku ini, kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah heroik para sesepuh NU seperti Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Mbah Bisri, Mbah Ma’shum, Gus Dur dan banyak kiai yang lain. Kita juga dapat menyimpulkan, para sesepuh NU itu tidak hanya luas ilmu agamanya, tetapi juga sangat rendah hati, ngemong umat, dan memanusiakan manusia.
Sumber: alif.id