Rekatkan Persaudaraan, Student Residence Universitas Sanata Dharma dan GUSDURian Yogyakarta Selenggarakan Halalbihalal

Student Residence Universitas Sanata Dharma (USD) bekerja sama dengan Komunitas GUSDURian Yogyakarta mengadakan acara halalbihalal di Asrama Mahasiswa USD. Acara ini berlangsung sejak pukul 09.30 hingga pukul 12.30 WIB pada Sabtu, 6 Mei 2023. Menariknya, acara halalbihalal ini tidak hanya diikuti oleh peserta lintas iman secara luring saja, beberapa peserta dari luar daerah juga mengikutinya secara daring melalui Zoom Meeting.

Acara dibuka dengan sambutan Romo Aria Prabantara sebagai tuan rumah. Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa dengan Romo Tito tersebut menyampaikan bahwa acara halalbihalal seperti ini penting dikenalkan kepada anak-anak Student Residence tentang keberagaman. Sambutan Romo Tito ditutup dengan doa bersama lintas kepercayaan yang dipimpin olehnya. 

Acara semakin seru dan ramai ketika kedua MC, Hafi dari GUSDURian Yogyakarta dan Maria dari Student Residence Sanata Dharma mengatakan bahwa ‘swalayan’ adalah plesetan dari ‘syawalan’ saat mengisi sesi sharing pengalaman halalbihalal di daerah asal masing-masing yang hadir. 

Selain itu, dalam acara halalbihalal Student Residence Sanata Dharma 2023 ini dihadiri pula oleh dua narasumber, yaitu Ibu Tiwi dan Heru Prasetia. “Saling memaafkan bukan tentang perkara siapa yang salah,” ungkap Ibu Tiwi dalam penutupan materi sejarah halalbihalal Indonesia yang disampaikannya. 

Halalbihalal ini juga dimeriahkan oleh kelompok hadroh anak-anak muda Hubbun Nabi pada saat jeda saat usai pemaparan materi yang pertama. Selanjutnya, materi kedua disampaikan oleh Heru Prasetia, Koordinator Divisi Riset dan Publikasi Sekretariat Nasional GUSDURian yang dipandu oleh Firda Ainun dari GUSDURian Yogyakarta.

Dalam pemaparan yang disampaikan Heru Prasetia, dapat dipahami bahwa hal yang utama diwarisi dari sosok Gus Dur adalah tentang gagasan keberagamaan yang tidak hanya merujuk pada keberagaman agama, tetapi juga pemikiran, budaya dan tradisi atau jenis kelamin.

“Prinsip utama Gus Dur adalah keadilan,” pungkas Heru Prasetia di sela-sela menjawab pertanyaan yang diajukan oleh moderator, Ainun. Heru melanjutkan, “Intoleransi sebenarnya adalah hal asing sebab toleransi dengan kasih sayang justru adalah budaya asli kita, Indonesia”. 

Pria yang akrab disapa Buya Heru tersebut mengingatkan bahwa untuk merawat toleransi, terutama oleh anak-anak muda, tidak penting melihat setiap pertemanan sebagai ‘toleransi’. Tapi, cukup bertemu saja pun sudah menjadi toleran. Hal itu penting sebagaimana pernyataan Gus Dur bahwa kita cenderung memusuhi apa yang tidak kita ketahui. Itulah yang membedakan Gus Dur sebagai ulama dan kiai dengan para kiai lain, yaitu pergaulan Gus Dur yang melampaui identitas, lingkungan, dan pemikiran dibanding kiai-kiai pada umumnya.

Paul, salah seorang peserta bertanya, “Apa upaya Gus Dur dalam mempertahankan gagasan pluralisme atau keberagamaannya?” Menurut Buya Heru, Gus Dur tidak peduli dengan berbagai tantangan itu. Sebab menurut Gus Dur, orang-orang itu menentang karena tidak paham. “Kita memang cenderung membenci apa yang tidak kita ketahui, bukan?” tandasnya.

Acara halalbihalal ditutup dengan penampilan tarian Papua hasil kolaborasi grup tari Student Residence Universitas Sanata Dharma dengan iringan musik grup hadrah anak-anak muda Hubbun Nabi.

Penggerak Komunitas GUSDURian Jogja.