SIBAGUS: Sinau Bareng GUSDURian, Bentuk Implementasi Nilai Kemanusiaan dari GUSDURian Mojokutho Pare

SIBAGUS atau Sinau Bareng GUSDURian adalah kegiatan belajar untuk masyarakat umum yang digagas oleh para penggerak Komunitas GUSDURian Mojokutho Pare. SIBAGUS adalah gagasan pemikiran teman-teman GUSDURian Mojokutho Pare yang memperhatikan perkembangan anak-anak usia sekolah yang berada di beberapa titik zona merah wilayah Kecamatan Pare, Kediri.

Perhatian GUSDURian Mojokutho Pare pada perkembangan anak-anak tersebut melihat kondisi mereka yang rentan terpengaruh dalam pergaulan bebas dan melupakan norma-norma leluhur bangsa Indonesia. Beberapa wilayah yang menjadi konsentrasi pusat perhatian SIBAGUS di antaranya: Pasar Loak Pujasera, Pasar Lama Pare, Desa Kalirejo Bokpendem Pare, dan Komunitas ABK Sidorejo Pare.

Beberapa wilayah tersebut khususnya Pasar Loak Pujasera dan Pasar Lama Pare menjadi perhatian khusus karena kondisi sosial masyarakat yang rentan dengan pergaulan bebas terutama bagi usia anak-anak. Sebagian masyarakat di wilayah tersebut masih lekat dengan budaya perjudian, mabuk-mabukan, seks bebas, prostitusi, dan kriminalitas.

Hal ini tentu sangat rentan bagi usia anak-anak yang seharusnya masih sibuk dengan proses kegiatan belajar khususnya di sekolah. Lingkungan masyarakat yang cenderung negatif untuk usia perkembangan anak-anak tentu akan berdampak pada masa depan mereka.

Ditemukan sebuah kasus, terdapat seorang remaja di salah satu wilayah tersebut yang masuk ke dalam dunia prostitusi hanya demi mendapatkan bayaran berupa kuota internet. Tentu hal ini merupakan sebuah krisis moral kemanusiaan. Sehingga kita sebagai pengemban amanah tugas kemanusiaan sudah seharusnya melakukan tindakan progresif untuk menyelamatkan masa depan generasi penerus bangsa.

Sehingga adanya SIBAGUS diharapkan menjadi wadah bagi anak-anak yang berada di wilayah zona merah tersebut. Kehadiran SIBAGUS diharapkan dapat meminimalisir pengaruh negatif dari pergaulan bebas. Minimalnya perhatian anak-anak dapat beralih kepada kegiatan positif yang mendukung proses perkembangan mereka, bukan pergaulan negatif yang merusak masa depan mereka.

Relawan pengajar memberi materi bahasa Inggris di kegiatan SIBAGUS.

Mengenal SIBAGUS (Sinau Bareng GUSDURian)

SIBAGUS adalah kegiatan belajar masyarakat yang dibentuk oleh komunitas GUSDURian Mojokutho Pare. Di dalamnya terdapat sistem kelas yang dikelompokkan berdasarkan minat anak-anak di wilayahnya. Klasifikasi kelas yang ada di dalam SIBAGUS di antaranya: kelas mengaji, kelas bahasa Inggris, kelas kreativitas dan seni budaya.

Selain kelas-kelas tersebut, khusus wilayah Desa Sidorejo Pare, SIBAGUS mendampingi kegiatan belajar bersama Komunitas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Sidorejo. Pendampingan belajar untuk ABK Sidorejo meliputi pelatihan syaraf motorik, emosional, menulis, mewarnai, dan masih banyak lagi sesuai dengan keistimewaan anak tersebut.

Pengajar yang ada di setiap kelas-kelas tersebut adalah relawan yang tergabung dalam Komunitas GUSDURian Pare dan GUSDURian Peduli. Sistem kerelawanan dibentuk melalui “open volunteers” yang diadakan untuk satu periode kegiatan SIBAGUS selama enam bulan.

“Open volunteers” untuk satu periode dibuka selama satu bulan sebelum pelaksanaan kelas SIBAGUS yang diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu. Pengajar yang tergabung dalam jejaring relawan GUSDURian Mojokutho Pare diberi pembekalan dan pengukuhan terkait pemahaman sembilan nilai utama Gus Dur yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan SIBAGUS. Sembilan nilai utama Gus Dur tersebut meliputi ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, dan kearifan tradisi.

Salah satu nilai utama Gus Dur yang diinternalisasikan oleh komunitas GUSDURian Pare melalui kegiatan Sinau Bareng GUSDURian ini adalah kemanusiaan. Nilai kemanusiaan bersumber pada pandangan ketauhidan bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Nilai kemanusiaan adalah cerminan dari sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam hakikat jati diri manusia mengharuskan sikap saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian pula merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat. Hal ini menjadi dasar gerak langkah GUSDURian Mojokutho Pare untuk menyikapi krisis moral kemanusiaan khususnya di wilayah zona merah Pare.

Relawan GUSDURian Mojokutho Pare mendampingi Komunitas ABK Sidorejo Pare.

Sabtu-Minggu Bersama SIBAGUS

SIBAGUS yang telah dimulai sejak 30 Oktober 2022 lahir sebagai wujud hasil buah pemikiran GUSDURian Mojokutho Pare pasca-TUNAS (Temu Nasional) Jaringan GUSDURian pada 14-16 Oktober 2022 lalu. Kegiatan Sinau Bareng GUSDURian diadakan dua kali seminggu setiap hari Sabtu dan Minggu.

Khusus kegiatan SIBAGUS di hari Sabtu adalah pendampingan bersama komunitas ABK Sidorejo yang dimulai pukul 08:00 – 11:00 WIB. Kemudian untuk kegiatan SIBAGUS pada hari Minggu dimulai pukul 09:00 – 11:00 WIB di Pasar Loak Pujasera Pare, dan pukul 15:00 – 17:00 WIB di Pasar Lama Pare dan Desa Kalirejo Bokpendem Pare.

Minggu pagi di Pasar Loak Pujasera Pare anak-anak mengikuti kelas bahasa Inggris bersama relawan pengajar yang berasal dari Kampung Inggris Pare. Anak-anak mendapatkan materi tentang cara berbicara bahasa Inggris sehari-hari dengan metode belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Metode yang digunakan adalah fun games dan study club. Selain itu anak-anak juga dibawa berkeliling di lingkungan sekitar untuk pembelajaran secara outdoor. Beberapa metode tersebut sengaja diterapkan agar anak-anak tidak merasa jenuh saat menerima pembelajaran dari para relawan pengajar.

Antusiasme anak-anak di sekitar Pasar Loak Pujasera Pare

Minggu sore di Pasar Lama Pare anak-anak konsentrasi pada kelas mengaji yang berlangsung di mushola Pasar Lama Pare. Uniknya, kelas mengaji tersebut tidak hanya diikuti oleh anak-anak, melainkan juga ibu-ibu warga sekitar Desa Pare. Bersamaan dengan itu, di Desa Kalirejo Bokpendem Pare juga berlangsung kegiatan SIBAGUS kelas Bahasa Inggris yang diikuti oleh anak-anak sekitar wilayah tersebut. Lokasi di Bokpendem Pare sangat strategis dan sungguh mengasyikkan untuk melakukan pembelajaran saat sore dengan nuansa alam dan suara gemericik air yang berasal dari Bendungan Kalirejo.

Adanya SIBAGUS di tengah lingkungan masyarakat wilayah zona merah diharapkan bisa menjadi ruang positif untuk anak-anak berproses mengenali jati diri mereka. Lebih dari itu, SIBAGUS yang digagas Komunitas GUSDURian Mojokutho Pare juga merupakan bentuk dari internalisasi sembilan nilai utama Gus Dur dalam kehidupan sehari-hari khususnya lingkungan kecil di sekitar kita.

Relawan Rumah Kemanusiaan GUSDURian. Penggerak Komunitas GUSDURian Mojokuto Pare, Kediri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *