Setiap tanggal 28 Oktober kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah tonggak sejarah dimulainya kesadaran semangat persatuan nasional untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Pertanyaannya kemudian, bagaimana kita memaknai sumpah pemuda ini?
Siapakah pemuda itu? Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Namun tentu saja, siapa pun yang berusia lebih dari 30 tahun dan memiliki jiwa muda tetap layak kita sebut pemuda. Tapi dalam tulisan ini, pemuda yang saya maksud adalah mereka yang masih berusia muda.
Sebentar lagi kita akan menghadapi pemilu, dan beberapa bulan ini telah banyak dinamika politik yang terjadi, mulai dari wacana tiga periode, politik dinasti, politik identitas dan yang lainnya. Melelahkan kadang menyaksikan para elite saling rebut dan bermanuver hanya demi kekuasaan.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai kaum muda dalam menghayati sumpah pemuda ini? Mungkin yang pertama adalah dengan tidak bersikap apatis terhadap segala permasalahan yang terjadi. Kita tidak hidup di era anti-hero, yang menganggap bahwa dunia hari ini baik-baik saja, sehingga tidak butuh pahlawan.
Artinya apa? Kita tahu bahwa telah terjadi pelanggaran hukum, penyelewengan kekuasaan, penegakan hukum yang tidak berkeadilan, ada sesuatu yang salah dan itu harus diperbaiki. Dengan cara apa? Dimulai dari hal yang sederhana seperti yang dikatakan Najwa Shihab, “Jangan sampai larut dalam propaganda politik murahan, Jangan sampai ikut serta menyebar ujaran kebencian. Jangan sampai mudah terpengaruh oleh informasi sembarangan, dan jangan mau hanya jadi serdadu bagi generasi tua yang sibuk berebut kuasa.”
Kini nampaknya “kaum muda” menjadi password yang sangat menjual. Ya, bahkan salah satu cawapres sekarang juga dari kaum muda. Saya sepakat bahwa kaum muda harus dilibatkan, diberi kepercayaan untuk bisa menduduki posisi-posisi strategis tertentu, bahkan dalam ranah politik. Karena politik bukan cuma “mainan” golongan tua.
Tapi tentunya, jangan sampai kaum muda di sini hanya menjadi boneka bagi golongan tua untuk melanggengkan kekuasaan. Bahkan sejarah telah mengajarkan, bahwa pemuda adalah mereka yang selalu berpikir kritis dan progresif ketika golongan tua terlalu “lambat dan hati-hati”. Mengapa kaum muda ini sebegitu pentingnya? Karena mereka dianggap orang-orang yang masih murni, belum terpengaruh oleh hasrat dan kepentingan-kepentingan. Mereka juga dikenal sebagai pembawa perubahan (agent of change), sebagai kontrol sosial (social control) dan generasi penerus (iron stock).
Sebagai agen perubahan, kita dituntut untuk mampu mengamalkan keilmuan yang kita dapat tak hanya cukup sekedar duduk di ruang kelas kemudian berpuas diri begitu saja setelah mendapat IPK sempurna. Kita juga harus peka secara sosial terutama terhadap lingkungan sekitar dan bisa membawa manfaat untuk sesama.
Sebagai kontrol sosial (social control), artinya kita harus menyadari bahwa kita memiliki peranan sosial dalam masyarakat. Ikut serta berperan aktif dalam mengawasi segala kebijakan pemerintah yang berkaitan erat dengan kepentingan rakyat. Karena kaum muda adalah penyambung lidah rakyat, sebagai jalan penyalur aspirasi masyarakat terhadap penguasa. Juga sebagai pengingat tatkala golongan tua telah bertindak sewenang-wenang.
Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock), tentu saja kaum pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan, itu sebabnya tak boleh ada kelanggengan kekuasaan di satu orang atau segelintir orang saja. Kepemimpinan harus berganti sesuai semangat reformasi. Kekuasaan harus dibatasi, sesuai mandat konstitusi. Dan kaum muda harus ambil peran serta dalam menjaga marwah sumpah pemuda ini agar senantiasa relevan.
Akhirnya, saya ucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda. Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik refleksi peran kita sebagai kaum muda dan berkontemplasi sejauh mana kita telah memaknai sumpah pemuda ini. Jangan terburu-buru masuk politik praktis setelah lulus kuliah nanti, perbanyak wawasan dan pengalaman, tingkatkan kreativitas. Akan ada saatnya masa kita nanti, tak perlu ambil jalan pintas.