Adakan FGD Menjelang Pemilu, GUSDURian Mojokerto Serukan Persaudaraan di Atas Segalanya

MOJOKERTO – Komunitas GUSDURian Mojokerto menggelar focus group discussion (FGD) pada tanggal 19 November 2023. Kegiatan tersebut bertempat di komplek perkopian daerah Meri, Kota Mojokerto. Kegiatan ini turut mengundang tokoh agama dan tokoh masyarakat di Mojokerto Raya.

Bertajuk “Penguatan Hubungan Lintas Agama bersama Pemuka Agama di Mojokerto”, kegiatan ini diharapkan sebagai wadah aspirasi bagi para pemuka agama sekaligus menjadikan maklumat guna meredam berbagai kemungkinan isu politik yang dapat memecah persatuan bangsa Indonesia terkhusus dalam persaudaraan antarumat beragama di Mojokerto.

Dalam forum tersebut turut dibahas mengenai kondisi Mojokerto saat ini, yaitu masih maraknya kekerasan di lingkup pendidikan, perizinan pendirian rumah ibadah serta sekolah keagamaan yang dipersulit, perkembangan hoaks kian membahayakan, isu toleransi yang kian menjamur, dan berbagai persoalan lainnya menjadikan PR kita semakin banyak. Maka perlulah para pemuka agama terutama yang menjadi bagian dari GUSDURian Mojokerto ini untuk terus menjaga komunikasi agar tetap bersama mengawal berbagai masalah yang ada di sekitar.

Seluruh pemuka agama yang hadir saling memberikan feedback. Beberapa di antaranya, Vincensius Arvian mewakili Orang Muda Katolik (OMK) menyampaikan harapan untuk menggalakkan perkumpulan pemuda lintas agama agar forum-forum keagaman tidak terkesan hanya forum untuk sesepuh tokoh agama saja. Beberapa program OMK ke depan bergerak dalam rangka menjaga perdamaian pemilu di kalangan anak muda. Berbeda dengan yang disampaikan oleh Purwanto selaku Yayasan Purwasura Adiluhung Nusantara, salah satu yang sedang dijaganya dan merupakan bagian dari 9 Nilai Gus Dur yakni kearifan tradisi melalui menjaga warisan kekayaan budaya.

Pendeta Agus Catur dari GKJW Tumpak mengingatkan agar kita selalu menjaga tiga hal penting: saling mengenal, saling mencintai, dan menjaga komunikasi yang baik. Terutama dalam kontestasi pemilu saat ini jangan sampai ada perpecahan walau berbeda pilihan. Sementara Pendeta Yoga dari GKJW Segaran menyadari bahwa minimnya kader perempuan terkhusus di GUSDURian Mojokerto menyebabkan isu-isu perempuan kurang tersentuh. Padahal tak bisa dipungkiri perempuan yang masih menjadi sosok rentan dalam banyak hal tanpa terkecuali di Mojokerto sendiri.

Focus group discussion ini menjadi langkah nyata dalam menggerakkan peran sebagai agen perubahan yang lebih berkualitas dan bermartabat. Kehadiran GUSDURian Mojokerto diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif untuk menciptakan peradaban yang lebih adil dan berkeadilan di Mojokerto. Mengutip Pendeta Maria GKJW Klanting Dawarblandong, “Mari Melekat dan Merekat dalam Menjaga Harmoni.”

Penggerak Komunitas GUSDURian Mojokerto, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *