JEMBER – Komunitas GUSDURian Jember berpartisipasi dalam Sahur Keliling 2024 dan Tausiyah Kebangsaan Sinta Nuriyah Wahid (26/3).
Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Kuliah Terpadu UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (UIN KHAS) ini tak hanya diikuti oleh pejabat UIN KHAS, namun juga dihadiri organisasi mahasiswa dan para penggerak GUSDURian Jember.
Tak seperti aktivitas sahur bersama yang telah dilaksanakan selama belasan tahun di Jember, istri Gus Dur yang akrab dipanggil Ibu Sinta tersebut melaksanakan Sahur Bersama tahun 2024 di UIN KHAS Jember, sebuah perguruan tinggi Islam yang aktif menyukseskan program moderasi beragama.
Dalam sambutannya, Rektor UIN KHAS Jember Prof. Hepni menyampaikan akronim SAHUR yang dibuatnya. Menurutnya, S dapat dimaknai sebagai Sustainable, karena gerakan perjuangan hak asasi manusia harus sustainable. Sementara A, dapat dimaknai sebagai Adaptable, sehingga strategi sahur bersama merupakan strategi yang selalu beradaptasi dengan kompleksnya tantangan bangsa dan Islam. Selanjutnya, huruf H dimaknainya sebagai Humanity karena Ibu Sinta mengajak anak-anak bangsa memenuhi hak manusia melalui kesetaraan antarmanusia.
“Berikutnya, U bermakna Unstoppable, (Ibu Sinta Nuriyah, pen.) tidak pernah berhenti, tidak pernah vakum, tidak pernah stagnan, sehingga ibadah tidak hanya bermakna ibadah spiritual, tapi juga ibadah sosial. Yang terakhir R-nya itu adalah Responsible. Beliau ingin menunjukkan bahwa sesungguhnya tugas ini adalah tugas kita semua, tugas pencerahan manusia, pencerahan kebangsaan, kemanusiaan, egalitarianism adalah yang menjadi tanggung jawab kita semua. Dan yang paling unik adalah beliau melakukan ketika malam, di saat pintu langit terbuka, untuk memanjatkan berbagai harapan langsung kepada Allah SWT,” tambahnya.
Menurutnya, sahur keliling rutin dilakukan Ibu Sinta Nuriyah di tengah meningkatnya dehumanisasi.
Dalam Tausiyah Kebangsaannya, Ibu Sinta menggarisbawahi bahwa dirinya rutin melakukan sahur keliling sebagai rakyat Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk. Menurutnya, kita memiliki berbagai suku dan agama seperti Jawa, Madura, Sunda, Dayak, Bugis, Papua, dan lainnya. Serta ada agama Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu, Aliran Kepercayaan. Beliau juga menyatakan bahwa di tengah kita juga terdapat kelompok Ahmadiyah, Syi’ah, dan Baha’i yang sama-sama dilindungi konstitusi.
Ia kemudian mengajak hadirin merefleksikan pentingnya melaksanakan puasa yang dapat melahirkan individu-individu yang bertakwa.
“Kalau orang berpuasa masih suka mencaci maki tetangganya, mencaci maki orang lain, apakah jadi puasanya? Apakah itu pekerjaan yang penuh budi pekerti? Pekerjaan yang luhur? Bukan. Jadi, kalau seperti ini puasanya, maka puasa Bapak-Ibu masih puasa yang formalistik belaka. Bukan puasa yang revolusioner, yang menjadikan orang yang berpuasa menjadi orang yang sempurna takwanya,” tandasnya.
Sahur bersama tahun 2024 menjadi momentum yang spesial bagi Penggerak GUSDURian Jember, karena setelah beberapa tahun pandemi, pada Ramadan tahun ini akhirnya penggerak GUSDURian Jember dapat kembali mengadakan sahur bersama Ibu Sinta Nuriyah Wahid untuk mempelajari 9 nilai utama Gus Dur dan belajar langsung terkait strateginya dalam melakukan gerakan peningkatan kohesi sosial anak bangsa yang majemuk melalui sahur bersama.