Siapkan Kelas Pemikiran Gus Dur, GUSDURian Yogyakarta Latih Para Fasilitator

YOGYAKARTA – Tahun ini, Komunitas GUSDURian Yogyakarta kembali menyelenggarakan Training of Facilitator (ToF) untuk mempersiapkan Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) mendatang. Kelas Pemikiran Gus Dur adalah sebuah wadah untuk mempelajari dan mendalami pemikiran serta nilai-nilai yang diusung oleh KH. Abdurrahman Wahid, atau lebih dikenal sebagai Gus Dur.

Kelas ini lahir sebagai upaya nyata untuk melestarikan warisan intelektual dan perjuangan Gus Dur yang masih relevan dalam membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan demokratis. Untuk melanjutkan upaya tersebut, maka diadakanlah pelatihan fasilitator sebagai ruang belajar dan berbagi, sekaligus menjadi tempat para peserta agar lebih dalam menghayati dan menyebarkan nilai-nilai Gus Dur dalam kehidupan sehari-hari.

Pelatihan ini diikuti oleh lima belas peserta yang terdiri dari penggerak GUSDURian Yogyakarta dan dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 5-6 Juli 2025 yang berlokasi di Pendopo Griya GUSDURian, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Menurut salah satu presidium GUSDURian Yogyakarta Hamada Hafidzu, pelatihan ini bertujuan untuk membekali ilmu dan teknik untuk menjadi fasilitator kepada para penggerak GUSDURian. Rencananya Kelas Pemikiran Gus Dur nantinya akan diadakan dalam tiga kegiatan dengan lokasi yang berbeda.

“Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan karena menjadi bentuk pendampingan bagi para penggerak GUSDURian dalam mengembangkan potensi mereka. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para calon fasilitator yang berasal dari penggerak GUSDURian Yogyakarta bisa semakin siap dan mampu menyebarkan sembilan nilai utama Gus Dur secara lebih luas, bermakna, dan berdampak nyata di tengah masyarakat,” ujar pria yang akrab disapa Hafi tersebut.

Modul Training of Facilitator yang digunakan dalam pelatihan ini memiliki beberapa topik dan tujuan spesifik yang terdiri dari materi tentang paradigma dasar fasilitator, teknik-teknik fasilitator, metode serta media pembelajaran yang akan diperlukan dalam menangani forum.

Adapun harapan yang didapatkan untuk para calon fasilitator ini diharapkan mampu mengelola dinamika kelompok, mendorong keterlibatan semua peserta, membangun ruang dialog yang setara, mengasah keterampilan komunikasi, menjadi jembatan antarperspektif yang berbeda, serta mendorong proses pembelajaran yang searah.

Ubai, sebagai salah satu peserta Training of Facilitator mengaku bahwa kegiatan ini merupakan pengalaman pertamanya dalam mengikuti pelatihan tentang fasilitator.

“Pada pelatihan ini aku belajar tentang bagaimana teknik-teknik dasar dalam memfasilitasi dan memandu suatu kelompok. Dalam pembelajaran kali ini, panitia penyelenggara tidak hanya memberikan teori. Tetapi juga, praktik langsung dalam mengelola dinamika kelompok diskusi suatu forum yang tidak akan terlepas dari perbedaan perspektif serta naik turunnya antusias para peserta kelas yang akan kita hadapkan nanti,” paparnya.

Lebih lanjut, Ubai juga menambahkan tentang antusiasme para peserta Training of Facilitator yang sangat beragam. Mulai dari perdebatan argumentasi yang cukup menguras pikiran, paradigma yang dikaitkan dengan realitas sosial, sampai kritikan peserta yang mulai menyerempet perpolitikan di Indonesia. Namun, di samping itu dalam proses pelatihan ini juga disertai dengan humor yang banyak melahirkan gelagak tawa yang membuat suasana kembali mencair.

Pelatihan ini bukan sekadar ruang teknis untuk membekali para calon fasilitator dengan teori dan metode, melainkan menjadi ruang awal yang hangat untuk menumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya meneruskan nilai-nilai luhur Gus Dur secara nyata dan relevan dengan konteks hari ini.

Di tengah dinamika diskusi yang penuh semangat, perbedaan sudut pandang yang tajam, hingga gelak tawa yang mencairkan suasana, tampak jelas bahwa semangat para peserta tidak berhenti pada formalitas pelatihan semata. Mereka hadir dengan kesungguhan, membawa harapan, dan tekad untuk menjaga nyala nilai-nilai Gus Dur tetap hidup di tengah masyarakat yang semakin kompleks.

Perjuangan Gus Dur tak lagi hanya menjadi bagian dari cerita masa lalu, tetapi benar-benar menemukan wujudnya dalam semangat dan gerakan para orang muda hari ini. Melalui Kelas Pemikiran Gus Dur yang akan segera digelar di berbagai titik, harapannya sembilan nilai utama Gus Dur, mulai dari ketauhidan hingga kearifan lokal, tidak hanya disampaikan sebagai materi pembelajaran, tetapi benar-benar dihidupkan dalam tindakan nyata. Sebab hanya dengan cara itulah, nilai-nilai tersebut akan terus bertumbuh, mengakar, dan memberi dampak bagi lahirnya masyarakat yang lebih adil, terbuka, dan manusiawi.

Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *