PEKALONGAN – Komunitas GUSDURian Pekalongan mengadakan acara Ngaji Pemikiran Gus Dur yang membahas secara mendalam buku berjudul Ajaran-Ajaran Gus Dur karya Nur Kholik Ridwan. Kegiatan ini berlangsung di Griya Insan Cendekia, Kota Pekalongan, pada Ahad (7/12/2025) malam, menghadirkan langsung sang penulis buku, K.H. Nur Kholik Ridwan dari Yogyakarta. Acara ini sebagai upaya memperluas pemahaman masyarakat tentang nilai dan pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tokoh pluralisme dan demokrasi di Indonesia.
Acara Ngaji Pemikiran ini diikuti oleh para aktivis GUSDURian Pekalongan dan GUSDURian UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, serta berkolaborasi dengan Komunitas Buka Buku. Hadir pula sahabat PMII UIN Gus Dur dan Aguk Irawan yang mendampingi Nur Kholik Ridwan.
Koordinator GUSDURian Pekalongan Amir Muzaki menyampaikan, buku karya Nur Kholik Ridwan dipilih karena mampu menghadirkan interpretasi yang segar dan kontekstual terhadap pemikiran Gus Dur, mulai dari demokrasi, pluralisme, hingga toleransi antarumat beragama.
“Melalui kajian ini, kami ingin menghidupkan kembali semangat Gus Dur dalam menjaga keutuhan NKRI dan membangun budaya dialog antar-perbedaan di tengah tantangan zaman,” ujarnya.
Disampaikan, ajaran-ajaran Gus Dur melalui 9 nilai utamanya masih relevan di era sekarang. Terlebih dengan melihat kondisi bangsa dan negara yang sudah banyak berubah semenjak Gus Dur wafat. “Nilai-nilai Gus Dur masih relevan untuk kita renungkan bersama, untuk menjadi alat analisis bagi praktik-praktik yang menggerogoti nilai-nilai kehidupan bangsa,” tambahnya.
Dalam diskusi yang berlangsung hangat, Nur Kholik Ridwan menyampaikan pentingnya memahami 9 nilai utama yang terkandung dalam ajaran Gus Dur. Menurutnya, dari kesembilan nilai tersebut, semuanya sangat penting untuk dipahami. Termasuk di antaranya soal keadilan dan kemanusiaan yang harus terus dijaga dan dikedepankan, terutama di tengah kondisi bangsa yang sedang menghadapi berbagai tantangan sosial dan politik.
“Nilai keadilan dan kemanusiaan adalah fondasi yang sangat relevan untuk membangun bangsa yang harmonis dan berkeadilan,” ungkap Nur Kholik. Ia menekankan bahwa penerapan ajaran Gus Dur tidak hanya sebagai warisan sejarah, tetapi juga sebagai panduan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontemporer di Indonesia.
Saat menjawab pertanyaan dari peserta, Nur Kholik Ridwan juga menyinggung soal krisis ekologi yang belakangan menjadi topik hangat yang diperbincangkan masyarakat Indonesia. Pandangan Gus Dur, katanya, tentang keberlanjutan dan keselarasan hidup dengan alam sangat relevan di tengah tantangan lingkungan saat ini. Gus Dur mengajarkan agar manusia tidak hanya mengeksploitasi alam, tapi juga menjaga dan merawatnya sebagai wujud tanggung jawab moral dan sosial, demi masa depan yang lebih baik.
“Dulu, semasa jadi presiden, banyak kebijakan yang dibuat Gus Dur selalu mengedepankan keberlanjutan ekologis. Maka tak heran, ia diakui sebagai tokoh pejuang lingkungan oleh WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) karena kepeduliannya yang mendalam terhadap keadilan ekologis dan isu keberlanjutan,” jelasnya.
Acara Ngaji Pemikiran Gus Dur ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat Pekalongan terhadap warisan intelektual Gus Dur, sekaligus menjadi inspirasi untuk terus menjaga keharmonisan sosial dan lingkungan.
Kegiatan ini mendapatkan respons positif dari para peserta, khususnya kalangan muda yang tertarik mendalami ajaran Gus Dur sebagai inspirasi dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan inklusif.









