Junjung Kaum Rentan, KOPRI PMII Kediri Sinau Bareng GUSDURian Mojokutho

KEDIRI – Di tengah peringatan Haul Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KOPRI (Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri) PMII Kediri hidupkan Nilai Utama Gus Dur (NUGD) – kemanusiaan dengan menjunjung kaum rentan.

Hal itu, tercermin melalui talk show bertema ‘Nyawiji, Nyengkuyung, Ngerangkul Kaum Rentan’, Sabtu (20/12/2025) di Aula Rektorat Lantai 4 UIN Syekh Wasil Kediri bersama puluhan kader PMII dan sejumlah aktivis pergerakan.

Momentum Haul Gus Dur ini, dimanfaatkan oleh KOPRI PMII Kediri dengan sinau bareng GUSDURian Mojokutho. Di sana, mereka refleksi kebangsaan dan kemanusiaan serta menjadikan semangat Gus Dur sebagai napas perjuangan sosial.

Pada kesempatan itu, Aktivis GUSDURian Mojokutho Pare Kediri, Zainal Arifin selaku narasumber menegaskan, pendampingan kaum rentan adalah bentuk konkret menjalankan ajaran kemanusiaan Gus Dur.

“Dalam ajaran Gus Dur ada sembilan nilai utama (NUGD), dan salah satunya kemanusiaan. Kami mencoba menerapkannya dengan mendampingi para lansia dan anak-anak marginal,” ujar Zainal.

Pendampingan yang dilakukan GUSDURian Mojokutho, kata dia, turun langsung, mendampingi lansia terlantar, anak-anak di wilayah zona merah Kediri, hingga perempuan yang pernah berada dalam pekerjaan rentan.

Pihaknya pun mengenalkan Program Sinaubareng GUSDURian menjadi ruang pemberdayaan: belajar mengaji, bahasa Inggris, pendampingan psikososial, hingga pelatihan kebencanaan.

Menurutnya, gerakan GUSDURian Mojokutho sejalan dengan warisan Gus Dur, yakni membela yang tidak dianggap, menyapa mereka yang dilupakan, dan memberi ruang hidup yang layak bagi yang tersisih.

Sementara itu, Koordinator GUSDURian Mojokutho Pare Kediri, Anugerah Yunianto mengingatkan, banyak kelompok rentan lahir bukan semata karena keterbatasan, tetapi sebab sistem yang sengaja menciptakan ketergantungan.

“Ada kaum rentan yang tercipta karena keterbatasan, tapi ada pula yang diciptakan sistem. Pembodohan dibungkus bantuan dan kenikmatan, pada akhirnya membuat mereka bergantung dan tetap dalam kerentanan,” jelas Anugerah Yunianto.

Berangkat dari hal tersebut, Antok Mbeler (sapaannya) menekankan agar pendampingan berlandaskan nilai kemanusiaan universal, tanpa kepentingan politik, tanpa diskriminasi, dan menjunjung tinggi kesetaraan.

Pihaknya juga mencontohkan sebagaimana prinsip Gus Dur saat membela minoritas agama, etnis, maupun kelompok sosial yang dipinggirkan.

“Seperti Gus Dur, kami menemani kaum rentan dengan niatan (prinsip) kemanusiaan, egaliter, dan menghormati kesetaraan,” terang dia.

Lebih lanjut, ia berharap agar mahasiswa menjelma laksana Gus Dur berikutnya, yaitu dengan berpendidikan, berani, dan konsisten dalam gerakan sosial. Tujuannya supaya mahasiswa bernalar kritis dan cakap dalam membaca realitas sosial.

“Senjata paling mematikan adalah pendidikan. Gagasan yang lahir dari kecerdasan akan terus hidup. Tan Malaka sudah tiada, tapi ideologinya tetap menggetarkan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Nanda Yuni Ariyanti selaku moderator talk show menutup acara dengan menghaturkan terima kasih, dilanjut dengan ucapan secara serentak “memperingati harlah KOPRI ke-58” oleh seluruh audien.

Jurnalis. Penggerak Komunitas GUSDURian Jepara, Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *