Hadiri Acara Buka Bersama di Purwokerto, Sinta Nuriyah Ajak Semua Orang Menebar Cinta Kasih pada Sesama

Selasa 28 Maret 2023, kemeriahan sangat terasa ketika grup musik Kentongan Paroki menyanyikan lagu-lagu khas Banyumasan untuk menyambut kedatangan Nyai Sinta Nuriyah Wahid beserta rombongan. Keceriaan juga terlihat ketika istri KH. Abdurrahman Wahid tersebut ikut bernyanyi bersama.

Kunjungan itu merupakan bagian dari rangkaian acara Buka dan Sahur Keliling yang digelar di beberapa kota selama Ramadan. Bertempat di Gedung Paschalis Hall, acara bertajuk “Buka Bersama Ibu Dr. (HC). Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum.” tersebut diadakan oleh Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto. Tema yang diusung adalah “Dengan Berpuasa, Kita Tempakan Kembali Ketaqwaan, Kemanusiaan, Moral, dan Persatuan ke dalam Jiwa Anak Bangsa”.

Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang memenuhi riuh ruangan, dinyanyikan bersama oleh seluruh peserta yang hadir sebelum acara dimulai. Acara kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Romo Uskup Mgr. Christophorus Tri Harsono dari Keuskupan Purwokerto.

“Sebagai sesama manusia dan sesama makhluk ciptaan Tuhan yang terberkati, selayaknya dalam kehidupan kita untuk saling memberkati, memberi atau berbagi berkat. Bukan sebagai pencari berkat,” ungkap Romo Uskup Mgr. Christophorus Tri Harsono.

Selanjutnya, Ibu Sinta, sapaan akrabnya, memberi tausiah kepada seluruh peserta yang hadir. Ia mengaku merasa bahagia karena melihat keberagaman yang terlihat dari para peserta. Pada acara buka bersama tersebut berbagai organisasi komunitas lintas iman beserta tokoh-tokoh agama serta kepercayaan hadir. Di samping itu, berbagai komunitas sosial kemasyarakatan juga tidak ketinggalan, di antaranya dari Komunitas GUSDURian, Banyumas Peduli Disabilitas Ganda, anak-anak panti asuhan, serta peserta dari komunitas transgender yang ada di sekitar Kota Purwokerto. 

“Pelangi akan indah karena terdiri dari banyak warna. Apabila warna ada yang hilang maka pelangi terlihat tidak indah lagi,” ungkap Ibu Sinta.

Ia juga menyampaikan keprihatinan terkait kondisi Indonesia yang sedang banyak dilanda bencana alam.

“Meski pandemi sudah dilalui, tetapi cobaan, kesengsaraan masih ada akibat tanah longsor, banjir, gunung meletus, dan bencana alam lainnya. Hati nurani kita jangan sampai hilang. Persatuan dan kesatuan anak bangsa harus tetap ada dalam menghadapi cobaan itu,” lanjutnya. 

Dalam tausiahnya, perempuan yang masuk dalam 100 tokoh paling berpengaruh versi Majalah Time itu juga menyampaikan pentingnya memupuk kasih sayang kepada semua manusia.

“Kita harus mengungkapkan rasa cinta kasih sayang, saling menghargai kepada mereka yang ada di sekitar kita, yang adalah orang Indonesia. Tetangga kita bukanlah orang Cina, Arab, India, atau suku bangsa apa pun. Mereka tinggal di Indonesia, maka mereka adalah saudara kita. Kalau saudara maka tidak pantas apabila saling gontok-gontokan (bertengkar),” terang Ibu Sinta. 

Di penghujung tausiahnya, ia menyerukan sebuah ajakan kepada semua peserta, “Marilah kita bangun keutuhan yang morat marit (berantakan) akibat pandemi ini!”

Potret toleransi di acara itu semakin terlihat indah ketika tiba waktunya berbuka puasa. Hal ini dibuktikan oleh anak-anak sekolah SD Bruderan Purwokerto yang mempersembahkan lagu Yalal Wathon. 

Penggerak Komunitas GUSDURian Adipala, Cilacap.