Gandeng Berbagai Elemen, GUSDURian Banyumas Adakan Sahur Bersama Sinta Nuriyah Wahid

Acara “Sahur Bersama Ibu Dr. (HC). Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum” sukses digelar di Masjid Nushrat Jalan Kolonel Sugiri Purwokerto, Kamis 30 Maret 2023. Kegiatan yang mengambil tajuk “Dengan Berpuasa, Kita Tempakan Kembali Ketakwaan, Kemanusiaan, Moral, dan Persatuan ke dalam Jiwa Anak Bangsa” ini terselenggara berkat kerja sama antara Puan Amal Hayati, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Cabang Purwokerto, dan Komunitas GUSDURian Banyumas.

Serasa komplit dalam satu paket karena sehari sebelumnya acara buka bersama dengan istri dari KH. Abdurrahman Wahid tersebut juga diadakan di Kota Satria ini. Kesibukan terlihat dari segenap panitia yang dipimpin oleh Arif Rachman Ahmadi dalam persiapan untuk kesuksesan agenda tersebut. Satu per satu peserta undangan berdatangan dan juga antusiasme warga sekitar menambah keramaian di lokasi acara. 

Waktu yang ditunggu itu pun akhirnya tiba, pukul 03:15 WIB dini hari Ibu Sinta Nuriyah beserta rombongan sampai di Masjid Nushrat, masjid yang dikelola oleh Jemaat Ahmadiyah Purwokerto. Dua perempuan muda Banyumas yaitu Fatimatuz Zahro dan Thuhfah Husyiari ‘Azmi yang bertugas sebagai Master of Ceremony memandu seluruh peserta yang hadir untuk menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya untuk mengawali acara Sahur Bersama tersebut. 

Maulana Nasiruddin Ahmadi sebagai perwakilan tuan rumah dalam sambutan singkatnya mengatakan, “Pada awalnya kami merasa sebagai kelompok yang termarjinalkan karena sering mendapatkan perundungan, persekusi, intoleransi, dan sejenisnya. Akan tetapi kami selalu ingat pesan Nabi, apabila mendapatkan perilaku yang buruk untuk tidak membalas dengan perbuatan serupa. Hal ini selaras dengan motto JAI: Cinta kasih untuk semua, kebencian tidak untuk siapa pun.”

“Ayah kami begitu dekat dengan Gus Dur, sehingga kami menyebut beliau dengan Ayah juga. Karena Gus Dur-lah yang selalu berdiri bersama dan selalu membela ketika kami mendapatkan perilaku yang tidak adil. Untuk Sang Bapak Bangsa mari kita selalu doakan yang terbaik dan juga keluarga serta keturunannya supaya selalu dilimpahkan kesehatan,” sambung Maulana Nasiruddin untuk menutup sambutannya. 


Acara ini dihadiri oleh Jajaran Forkopimda, salah satunya adalah Drs. H. Sadewo Tri Lastiono yang menyampaikan sambutannya dalam acara tersebut. Menurutnya, warga Jemaat Ahmadiyah di Kota Purwokerto atau di Kabupaten Banyumas selama ini selalu hidup rukun dan tidak ada masalah.

“Harapannya, untuk memperkuat tali silaturahmi dengan semua elemen yang ada di Kabupaten Banyumas, semoga forum-forum seperti ini sering diadakan sebagai sarana memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, sesuai dengan perjuangan Gus Dur dalam menjaga, merawat keberagaman, dan kebhinnekaan,” ungkap Wakil Bupati Banyumas tersebut.

Sahur dipimpin langsung oleh Ibu Sinta Nuriyah dengan membaca doa bersama para peserta untuk melakukan puasa. Dalam tausiahnya, dirinya mengatakan bahwa kegiatan seperti ini sudah dilakukan bersama Gus Dur sejak di istana. Sahur keliling merupakan hasil kesepakatan bersama dengan teman-teman yang ingin buka dan sahur bersama kaum dhuafa serta kaum marjinal karena mereka jarang atau bahkan tidak pernah disambangi oleh penguasa atau pemerintah.

Bersahur dengan kuli bangunan di kolong jembatan, dengan ibu-ibu pedagang pasar, berbuka dengan pengamen di pinggir jalan adalah suatu kegiatan yang biasa dilakukan Ibu Sinta Nuriyah sejak lama, yang bertujuan untuk mendengarkan secara langsung keluh kesah mereka.

“Banyak orang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga, karena tidak tahu apa hakikatnya puasa. Padahal puasa mengajarkan kesabaran, keikhlasan, jujur kepada diri sendiri dan orang lain, sikap tawakal, akhlak dan budi pekerti yang baik, juga mengajarkan untuk saling menyayangi dan saling berbagi,” ujar Ibu Sinta Nuriyah.

Ia menambahkan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, berbagai agama dan kepercayaan lokal. Berbagai agama ini punya banyak aliran/turunan. Puasa Ramadan adalah salah satu momentum terbaik untuk mengajak mereka berbuka dan sahur bersama, momentum untuk mengungkapkan rasa cinta kasih dan empati kepada saudara setanah air. Karena pada hakikatnya kita adalah satu: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. 

“Oleh karena itu safari keliling acara buka dan sahur bersama jamak diikuti dan diadakan oleh kelompok komunitas dari berbagai suku bangsa dan agama, termasuk kelompok agama Baha’i yang belum lama ini diresmikan oleh pemerintah. Hal ini selaras dengan pesan Gus Dur, ‘Tidak penting apa latar belakang agama atau sukumu, kalau kamu bisa berbuat baik dengan semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu’. Apabila diterjemahkan dalam kalimat lain: Perbuatan baik apa yang sudah kamu lakukan kepada sesamamu?” tutup Ibu Sinta dalam tausiahnya.

Tausiah diakhiri dengan membawakan Syi’ir Abu Nawas yang selalu dinyanyikan Gus Dur sebelum menutup ceramah.

Penggerak Komunitas GUSDURian Adipala, Cilacap.