Social Media

GUSDURian Kabupaten Gorontalo Gandeng Persma Dulahu Diskusikan Kualitas Media di Gorontalo

Komunitas GUSDURian Kabupaten Gorontalo menggelar Forum 17-an yang mengusung tema diskusi “Menyorot Kualitas Media di Gorontalo” yang dilaksanakan di Lapangan LP2M Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (16/08/2023).

Diskusi kali ini bekerja sama dengan Persma Dulahu dan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Gorontalo Dr. Noval S. Talani, Kepala Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Biro ANTARA Gorontalo Debby Mano, dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo Wawan Akuba.

Dalam paparannya pada diskusi yang berlangsung interaktif itu, Dr. Noval mengatakan, sejak 2010 media online berkembang pesat. Namun, independensi dari media tidak boleh dilupakan. Realita yang terjadi, menurut Noval, tak sedikit media yang bekerja sama dengan pemerintah agar kebutuhan keberlangsungan media terus beroperasi, sehingga independensi dari suatu media harus menjadi perhatian.

“Media masih sulit untuk independen karena masih banyak kebutuhan dan pada hakikatnya media itu butuh bekingan untuk bisa tetap hidup. Akibatnya, media belum bisa benar-benar independen untuk proses pembuatan berita,” kata Noval saat menjadi narasumber.

Lanjut Noval, menilai kualitas media tidak hanya asal-asalan, harus memiliki indikator yang dijadikan acuan dalam penilaian suatu media.

Sama halnya yang disampaikan oleh narasumber kedua, Debby Mano. Menurutnya, tantangan media online saat ini adalah kecepatan media sosial dalam memposting suatu kejadian.

“Orang lebih percaya media sosial, karena tadi, faktor kecepatan dan keluwesan dalam mengabarkan kejadian. Contoh berita kebakaran versi Tiktok dan versi media online itu sangat jauh berbeda viewers-nya. Lebih banyak orang-orang mengakses lewat Tiktok. Karena seperti tidak ada lagi batasan, dengan bahasa ‘halo guys‘ orang-orang melihat itu lebih tertarik di Tiktok,” kata Debby.

Kalau bicara soal kualitas media, lanjut Debby, hal itu beririsan langsung dengan kualitas konten dan kesejahteraan wartawan saat bekerja.

“Kalau menilai kualitasnya suatu media, tentu kita akan melihat dari isi konten yang dibuat oleh wartawan. Apakah dia berimbang dan sesuai dengan apa yang terjadi. Apalagi soal kesejahteraan dan lain-lain yang sungguh pelik itu. Bagaimana mau memaksa wartawannya untuk independen misalnya atau menyajikan berita yang bagus kalau honornya hanya 1.500 sampai 10.000 per berita,” ujar Debby.

Debby membeberkan bahwa di Gorontalo pada tahun 2022, masih terdapat wartawan yang honornya hanya 7.000 per berita. Sehingga menurutnya fungsi dari serikat pekerja harus melindungi kesejahteraan wartawan.

Sementara itu, Wawan Akuba menyorot soal sistem perekrutan wartawan dan editorial yang bisa memengaruhi kualitas suatu media. Menurutnya, hal ini sering dilupakan oleh pemilik media saat mempekerjakan orang-orang untuk menjadi jurnalis.

“Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah media-media ini menerapkan sistem editorial yang baik, misalnya soal bagaimana menghasilkan berita yang berkualitas tadi. Wartawan yang diterima oleh media-media itu menjalani pelatihan menulis, wawancara, dan macam-macam. Tapi kan hari ini setidaknya itu yang saya saksikan teman-teman wartawan senior bikin media karena sudah tahu cara bikin media, yang dilupakan adalah sistem perekrutan,” kata Wawan.

Sistem perekrutan inilah, menurut Wawan, yang bisa menentukan kualitas media online dalam memberitakan sesuatu.

“Inilah yang kemudian menjadi penentu berkualitas atau tidaknya konten yang dibuat oleh teman-teman wartawan. Apalagi soal prinsip keseimbangan misalnya. Nah, media-media ini kemudian banyak membuat konten berupa informasi aja, bukan berita. Misalnya ketika ketemu rekaman atau apa pun di media sosial, itu langsung dibuatkan berita tanpa verifikasi. Itu dikarenakan manajemen media tadi yang tidak jelas,” jelas Wawan.

Di akhir diskusi, ketiga narasumber menyepakati untuk menentukan kualitas dari suatu media. Media harus memiliki sistem perekrutan dan pelatihan kepada wartawan yang dipekerjakan.

Penggerak Komunitas GUSDURian Kabupaten Gorontalo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *