Gerdu Suroboyo Kawal Pemahaman Demokrasi Generasi Z

SURABAYA – Aula Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya dipenuhi anak muda dari berbagai kalangan pada Senin, 11 Desember 2023. Sebanyak 165 peserta yang mayoritas merupakan generasi Z menghadiri seminar terbuka yang diadakan oleh GUSDURian Surabaya (Gerdu Suroboyo) bersama dengan UNTAG dan Cmars. Kegiatan ini juga didukung oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (KEMENDAGRI), Yayasan Bani KH. Abdurrahman Wahid (YBAW), dan Ford Foundation.

Penampilan Tari Remo mahasiswa UNTAG dan pencak silat Pagar Nusa menyambut kedatangan para undangan yang terdiri dari Ahlul Bait Indonesia (ABI), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, Puan Hayati, Roemah Bhinneka, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), dan jejaring lainnya.

Mengangkat tema “Indonesia Rumah Bersama: Memperluas Ruang Demokrasi”, tiga pembicara yang terdiri dari Jay Akhmad (Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian), Abdul Gafur, S. STP, M. SI (Penanggung Jawab Tim Pengawasan Ormas Asing dan Lembaga Asing Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia), dan Dr. Merry Fridha T., M. SI (Dosen Tetap Magister Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya) membahas tema tersebut dari tiga sisi. Dr. Merry sebagai akademisi, Abdul Ghafur dari instansi pemerintahan, dan Jay Akhmad dari Organisasi Masyarakat (Ormas) yang mendampingi akar rumput.

Sebelum mendengarkan pemaparan dari pembicara, Dita Anis Zafani selaku moderator mengajak para peserta melakukan pre-test pemahaman tentang demokrasi dengan bermain mentimeter. Mereka diarahkan untuk menjawab pertanyaan seputar alamat, umur, pemahaman tentang demokrasi, dan bagaimana situasi demokrasi Indonesia saat ini. Jawaban peserta pun beragam. Mayoritas peserta yang berumur 21 tahun tersebut memahami demokrasi dengan “Dari rakyat untuk rakyat, hak untuk berpendapat, kedaulatan, tentang keadilan, dan lainnya”. Sedangkan untuk pertanyaan situasi demokrasi saat ini ada yang menjawab “sedang sakit, riskan, hancur bund, dan bubuk malam”.

Setelah mendapatkan gambaran umum akan peserta, para pembicara pun menyampaikan materinya. Dr. Merry Fridha T., M. SI selaku pembicara pertama membahas tentang perempuan dalam pusaran demokrasi. Dr. Merry, sapaan akrabnya, menegaskan pentingnya perempuan untuk ikut andil dalam berbagai posisi. “Hari ini ada banyak kesempatan yang bisa diambil oleh perempuan, mulai dari pendidikan, aktualisasi diri, hingga menempati jabatan strategis,” tandasnya.

Pembicara kedua, Abdul Gafur, S. STP, M. SI menjelaskan secara rinci alur pemilihan umum (Pemilu) 2024 mendatang. “Kami di pemerintahan semaksimal mungkin akan mengawal Pemilu 2024 menjadi pemilu damai, salah satunya dengan melakukan sinergitas bersama organisasi masyarakat,” ucap pria yang biasa dipanggil Pak Gafur tersebut. Dirinya pun menampilkan road map Pemilu 2024 yang akan berlangsung sampai bulan Oktober 2024 mendatang. Road map ini sangat penting untuk dipahami generasi Z yang tahun 2024 nanti pertama kalinya mendapatkan hak suara.

Pembicara ketiga, Jay Akhmad menyampaikan materi tentang tantangan demokrasi Indonesia saat ini. Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian yang biasa dipanggil Mas Jay itu melihat bahwa Indonesia sedang mengalami minus literasi demokrasi. “Minus literasi demokrasi ini dilihat dari media sosial yang dipenuhi berita hoax dan hate speech, mayoritarianisme, politik transaksional, vote minus voice, serta oligarki, dan dinasti politik.”

Mas Jay pun menutup sesinya dengan mengingatkan kaidah fikih yang selalu dipegang oleh Gus Dur dalam memimpin, yaitu Tasharruful imam ‘ala ra’iyyah manuthun bil maslahah (Tindakan pemimpin terhadap rakyat itu harus didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan).

Penggerak Gerdu Suroboyo/Komunitas GUSDURian Surabaya, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *