Belajar Persatuan dan Persaudaraan dari Sahur Keliling Ibu Sinta Nuriyah

Setiap tahunnya, Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid rutin melakukan Sahur Keliling ke berbagai daerah di Indonesia. Beliau mendatangi pasar, kolong jembatan, kampung, pesantren, dan tempat-tempat lain untuk bertemu masyarakat dari berbagai kalangan, terutama kelompok marjinal dan akar rumput. Pada momentum Ramadan kali ini, kami dari koordinator wilayah (korwil) GUSDURian Jatim berkesempatan turut membersamai beliau ketika mendatangi beberapa lokasi di Jawa Timur. Biasanya, penyelenggaraan Sahur Keliling seperti ini diadakan berdasarkan relasi panitia lokal yang dikomandani para penggerak GUSDURian setempat.

Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Kabupaten Jombang. Ibu Sinta menghadiri acara buka bersama di Kota Santri ini, yang merupakan bagian dari acara “Sahur Keliling bersama Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid”. Kehadiran Ibu Sinta disambut oleh tarian adik-adik difabel dari SD Muhammadiyah Jombang. Tempat yang menjadi lokasi buka bersama kali ini adalah sekretariat komunitas pedagang kaki lima. Jadi, kehadiran Ibu Sinta juga menjadi kabar gembira bagi para pedagang kala itu. “Karena kami memiliki kesempatan untuk dapat bertemu langsung dengan ibu negara,” kata salah satu peserta yang hadir.

Tidak hanya para pedagang, banyak juga tukang becak, anak yatim, kaum marjinal, serta beberapa tokoh agama & masyarakat desa sekitarnya yang hadir. Sore itu acara menjadi lebih syahdu karena sempat turun hujan yang lebat sekali. Namun hal itu sama sekali tidak menyurutkan semangat audiens yang hadir. Bahkan para warga yang memenuhi lokasi tetap antusias melakukan tanya jawab dalam sesi dialog yang menghiasi acara tersebut. Hingga acara itu ditutup dengan doa lintas agama secara bergantian.

Selama membersamai Ibu Sinta dan mengikuti acara ini, saya banyak belajar dari apa yang sudah saya lihat, terutama tentang pentingnya menjaga semangat kita agar terus dapat berusaha menjadi bagian dari orang-orang yang merawat kerukunan antarsesama, dan juga dapat membersamai serta memberi solusi atas problem sosial di tengah masyarakat. Sebagaimana yang dilakukan Ibu Sinta Nuriyah setiap tahunnya, keliling berbagai kota untuk menyapa masyarakat di akar rumput yang setiap hari bekerja untuk dapat bertahan hidup agar keturunannya bisa hidup lebih baik.

Selang berapa jam setelah acara selesai, kami pun melanjutkan perjalanan menuju lokasi berikutnya, yakni Kecamatan Pare di Kabupaten Kediri. Acara di sini tidak kalah keren dan sangat mengharukan karena Ibu Sinta hadir di Rumah Lansia GUSDURian Pare. Setelah mengajak sahur bersama, Ibu Sinta memberikan wejangan kepada segenap undangan dan para audiens yang hadir. Beliau menyampaikan pesan tentang ibadah puasa. Menurut beliau, puasa tidak hanya tentang kesabaran, tetapi juga tentang budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia, serta menjaga persaudaraan sesama manusia yang harus lebih ditekankan dan dibela dengan segenap potensi kita. Di sela-sela acara, beliau juga berdialog dan melakukan tanya-jawab dengan para audiens yang hadir, bahkan ada salah seorang warga yang sempat meminta doa buat putranya yang sudah berusia sembilan tahun namun belum juga dapat berbicara lancar layaknya anak di usianya.

Penulis (paling kanan) bersama para korwil dan penggerak GUSDURian lainnya dalam acara buka bersama Ibu Sinta Nuriyah di Jombang.

Setelah hampir satu jam membersamai kami, Ibu Sinta menyempatkan waktu untuk mengobrol dan melihat bapak-ibu penghuni Rumah Lansia. Beliau juga berdialog dengan penuh semangat serta menyampaikan pesan agar menjadikan sisa usia ini untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan beribadah dan berdoa. Tak lupa, kepada para relawan serta volunteer yang merawatnya Ibu Sinta berpesan supaya bersungguh-sungguh dalam merawat bapak-ibu lansia dengan niatan ibadah, yakni memuliakan manusia sebagai salah satu bentuk ajaran agama yang juga menjadi bagian dari 9 nilai utama Gus Dur.

Acara ini juga dihadiri oleh para tokoh masyarakat, bahkan pemuka agama-agama di luar Islam serta beberapa pejabat pemerintah turut membersamai Ibu Sinta Nuriyah beserta rombongan. Acara pun akhirnya ditutup dengan doa lintas agama secara bergantian.

Itulah secuil kisah saya yang kebetulan berkesempatan ikut dalam aktivitas Ibu Negara RI ke-4 di tahun 2024 ini. Pengalaman ini sungguh sangat membuat saya semakin menyadari betapa banyak energi dan waktu yang perlu disiapkan, agar kita dapat mensyukuri apa yang sudah kita miliki hari ini, yakni persatuan dan persaudaraan. Dua hal ini harus terus kita pupuk dengan rasa saling mengerti dan memahami dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan akhlak mulia kita sebagai manusia.

Koordinator Wilayah GUSDURian Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *