BANDUNG – Bulan Oktober menjadi tonggak awal perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan negara yang berbentuk kesatuan ini. Dilatarbelakangi oleh semua perbedaan yang ada, Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga persatuan dan perdamaian nasional serta mengesampingkan kepentingan masing-masing golongan. Kondisi tersebutlah yang menjadi tonggak awal hadirnya Sumpah Pemuda pada 96 tahun yang lalu.
Selain 28 Oktober yang diperingati sebagai hadirnya Sumpah Pemuda (bagi kalangan nasionalis), terdapat pula peringatan perjuangan merebut kemerdekaan yang dimotori oleh kalangan santri dengan hadirnya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Santri Nasional.
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, kalangan santri merefleksikannya dengan banyak kegiatan, seperti lomba masak nasi liwet ala santri hingga lomba-lomba bernuansa keislaman. Begitu pula dalam peringatan Sumpah Pemuda, terdapat banyak kegiatan yang merefleksikan peringatan tersebut sebagai peringatan yang bernilai sejarah sangat tinggi.
Salah satu yang merayakan peringatan peristiwa tersebut adalah Komunitas GUSDURian Bandung. Pada 25 Oktober 2024, GUSDURian Bandung mengadakan refleksi peringatan Hari Santri Nasional dan menyambut Hari Sumpah Pemuda dengan Halaqah Pemuda Nusantara. Tentunya hal ini menjadi suatu hal positif karena selain sebagai peringatan peristiwa sejarah, tentunya menjadi sebuah peringatan untuk para muda-mudi dan kaum santri supaya lebih bisa menjadi persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Muda mudi dan kalangan santri diharapkan bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai toleransi untuk menjaga keharmonisan dalam nuansa kebangsaan.
Kegiatan Halaqah Pemuda Nusantara dalam rangka refleksi Hari Santri Nasional dan Menyambut Hari Sumpah Pemuda ini dilaksanakan di Aula Pondok Pesantren At-Tamur, Cileunyi, Kabupaten Bandung. Kegiatan tersebut bermitra dengan beberapa organisasi kedaerahan sebagai simbolisasi Sumpah Pemuda dan organisasi keislaman sebagai simbolisasi Santri.
Acara Halaqah Pemuda Nusantara ini diisi dengan dialog kebangsaan (diskusi panel) oleh para pemikir (akademisi), ulama (tokoh agama), cendekiawan, serta tokoh pemuda. Dialog tersebut mengangkat permasalahan generasi muda yang kurang bijak dalam menghadapi perkembangan zaman, terutama menghadapi kemajuan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan dunia digital tentunya memiliki banyak permasalahan yang ada kaitannya dengan cita-cita persatuan serta etika kehidupan berbangsa. Dengan hadirnya teknologi digital terutama gadget, masyarakat semakin apatis terhadap lingkungan sekitar dan justru sampai saling menghujat satu sama lain melalui gadget tersebut.
Tentunya hal itu akan menjadi permasalahan besar terhadap toleransi serta persatuan dan kesatuan dalam menjunjung ukhuwah Islamiah. Kegiatan ini memiliki harapan yang luar biasa untuk memperkuat kebhinekaan sebagaimana yang disampaikan oleh Koordinator GUSDURian Bandung, Jamiludin.
“Kegiatan ini sangat diharapkan akan menjadi penguat fondasi kebangsaan untuk mendorong pemuda dan santri ikut serta mengembangkan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi sebagaimana cita-cita almarhum Gus Dur berdasarkan nilai Pancasila dan spiritualitas (keislaman),” ungkap Jamiludin, yang akrab disapa Kang Jamil selaku Koordinator GUSDURian Bandung.