Social Media

Gelar Kajian Gus Dur, KGSKR Pasuruan Angkat Topik Agama dan Kebudayaan

Komunitas Gitu Saja Kok Repot (KGSKR) GUSDURian Pasuruan mengadakan Kajian Gus Dur edisi bulan Juli dengan mengangkat tulisan Gus Dur berjudul “Agama dan Kebudayaan”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (29/6/22), pukul 19.00 WIB secara daring melalui Zoom Meeting.

Penggerak Komunitas GUSDURian Pasuruan, M. Khamim selaku moderator, menyampaikan bahwa dengan adanya diskusi yang mengkaji tulisan Gus Dur akan membantu kita untuk memahami maksud dari pemikiran Gus Dur.

“Jujur saja membaca tulisan Gus Dur butuh waktu yang lama untuk memahami. Gus Dur mau menyampaikan apa dalam tulisannya,” ujar Khamim.

Menurutnya, dalam diskusi kali ini semua peserta mencoba untuk melihat secara bersama-sama pendekatan agama dan kebudayaan yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.

“Kita tahu bahwa nenek moyang kita, sesepuh kita, melakukan pendekatan untuk menyebarkan ajaran agama melalui pendekatan budaya seperti lewat tembang-tembang syi’iran, wayang kulit, dan lain-lain,” tambahnya.

Kajian kali ini dibersamai oleh dua pemantik, yaitu Nurhikmah Biga (Koordinator Komunitas GUSDURian Gorontalo dan Pdm. David Kurniawan, S.Th (Penggerak GUSDURian Pasuruan).

Hikmah menyampaikan bahwa tulisan Gus Dur di Indonesia telah menjadi tonggak pemikiran yang menjadikan anak muda memiliki pemikiran progresif. Ia juga melakukan pendekatan pengalaman perempuan dalam memaknai tulisan Gus Dur.

“Islam datang tidak mengganti semua budaya yang sudah ada, baik di Arab atau di Indonesia. Islam nge-blend dengan sangat bagus dengan budaya Indonesia. Seperti hukum waris. Hukum itu tetap dipertahankan sewaktu Islam datang, namun diperbaiki: bahwa perempuan juga berhak mendapatkan waris dan menjadi ahli waris, serta melarang budaya sebelum Islam datang yaitu menjadikan perempuan harta untuk diwariskan,” ujar Koordinator GUSDURian Gorontalo itu.

Ia juga menambahkan bahwa budaya adalah tentang menjadi manusia dan manusialah yang menjadikan budaya tersebut ada, maka ukuran antara agama dan budaya adalah sisi humanismenya.

Pak David, sapaan akrabnya, menjelaskan juga bahwa budaya adalah seni. Manusia tidak bisa lepas dari kebudayaan. Ada dua hal yang bisa digunakan untuk memaknai kebudayaan. Pertama, budaya adalah hasil dari kreativitas untuk mempererat kebersamaan antarmanusia. Kedua, budaya adalah cara manusia menyembah Tuhannya.

“Budaya juga menjadi cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Budaya adalah ekspresi kecintaan kepada Tuhan. Ekspresi tersebut dilihat dari bagaimana kita memperlakukan sesama manusia. Karena kualitas manusia dilihat dari bagaimana dia beragama dan berbudaya,” pungkas Pendeta GBIS Hosanna Pandaan tersebut.

Penggerak Komunitas GUSDURian Pasuruan, Jawa Timur.