Sabtu (19/12/20) lalu, GUSDURian Peduli menyambangi Desa Lemban Tongoa, kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kehadiran sayap kemanusiaan Jaringan GUSDURian tersebut bertujuan untuk menyalurkan bantuan sekaligus mengklarifikasi beredarnya isu di masyarakat bahwa pembunuhan di Sigi dilatarbelakangi konflik agama.
Perjalanan darat yang ditempuh menghabiskan waktu kurang lebih empat jam dari Kota Palu. Setelah melewati medan yang mayoritas adalah hutan dan beberapa titik bekas tanah longsor, tim GUSDURian Peduli sampai di dusun Lewono, tempat di mana empat orang warga desa tersebut dibunuh secara sadis oleh para teroris.
Di dusun tersebut sunyi sekali. Tak ada satu pun warga yang tinggal di sana. Mereka masih trauma dan ketakutan untuk kembali ke rumahnya pasca tragedi berdarah yang mengoyak ketenangan desa yang dijuluki “Negeri di Atas Awan” itu. Hanya ada beberapa anggota Brimob dari Satgas Tinombala yang berjaga di dusun tersebut.
Setelah melihat langsung kondisi lokasi pembunuhan di rumah almarhum Naka dan Pedi, tim ini langsung menuju rumah almarhum Yasa dan Pinu. Juga mendatangi rumah-rumah warga lainnya yang turut dibakar.
Setelah itu Tim GUSDURian Peduli menemui Satgas Tinombala yang sedang berjaga di pos keamanan yang letaknya persis di tengah perkampungan tersebut. Lokasi yang dijadikan pos keamanan tersebut adalah rumah yang juga terbakar tapi tidak seberapa parah milik Ifan, seorang warga muslim. Selain rumah Irfan, rumah Odeng yang juga muslim dibakar.
Setelah menggali banyak informasi dari Satgas Tinombala, GUSDURian Peduli menyerahkan bantuan multivitamin, obat, dan masker untuk Satgas Tinombala agar tetap sehat dan prima dalam menjalankan tugas beratnya menjaga keamanan warga.
Selanjutnya Tim GUSDURian Peduli menemui Kepala Desa Lemban Tongoa, Deki Basalulu untuk mengklarifikasi berbagai informasi yang beredar di masyarakat. Dengan tegas kepala desa menyatakan bahwa peristiwa pembunuhan tersebut murni kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh teroris. Tidak ada kaitannya dengan agama.
“Tidak ada kaitannya dengan agama. Gangguan keamanan dari para teroris ini sudah terjadi sejak 2017 silam. Beberapa kali warga pernah disandera, diintimidasi dan diambil barangnya. Namun belum ada yang dibunuh seperti ini,” kata Kepala Desa.
Oleh karena itu pihaknya butuh bantuan dari Satgas Tinombala untuk terus berjaga di desa ini. Karena saat ini warganya yang tinggal di Dusun Lewono masih takut untuk kembali ke rumahnya. Sedangkan warga yang lain masih belum berani untuk kembali berladang.
Maka dari itu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, warga di desa lokasi kejadian mesih mengandalkan bantuan sembako dari pihak desa yang dihimpun dari berbagai donatur.
Menurutnya, meskipun warganya mayoritas beragama Kristen tapi hubungan antarumat beragama di desanya sangat rukun. Dan untuk merawat kerukunan tersebut sejak tahun 2006 di desanya dibentuk Badan Kerjasama Antar Agama (BAMAG). “Sejak desa ini ada pada tahun 1983 tidak pernah ada konflik antaragama,” tuturnya.
“Salah besar jika peristiwa pembunuhan ini dikaitkan dengan agama. Karena menurut saya pembunuh ini bukan orang beragama,” tegasnya.
Warga di desa ini mayoritas dari suku Kaili Da’a, tapi juga banyak dari suku Toraja, Kulawi, Bugis, dan Jawa. Di Desa Lemban Tongoa, jika warga Muslim sedang merayakan hari besar, maka tokoh-tokoh warga Kristen diundang dan diberi tempat terhormat di barisan paling depan.
Begitupun jika warga Kristen sedang merayakan hari besar mereka, tokoh-tokoh umat Islam diundang dan dijamu layaknya tamu VIP. Seperti halnya waktu kejadian pembunuhan pada 27 November 2020 lalu. Meskipun korbannya warga Kristen, tapi yang menggali kuburnya warga muslim.
Sama halnya saat memasak di dapur untuk kedukaan, warga muslim banyak yang terlibat membantu. Yang membedakan hanya menu makanannya, berikut tempatnya.
Untuk warga Muslim diberi tempat khusus dengan menu yang dihalalkan secara Islam. Begitupun untuk yang Kristen diberi tempat khusus dan menu yang bukan pantangan bagi mereka.
Pada kesempatan itu, Tim GUSDURian Peduli yang terdiri dari A’ak Abdullah Al-Kudus dan Yuska Harimurti menyerahkan bantuan berupa multivitamin, obat-obatan, masker dan lain sebagainya yang diterima langsung oleh Kepala Desa Lemban Tongoa.
Menurut A’ak, sesuai dengan permintaan dan kebutuhan warga, pihaknya selanjutnya akan membantu warga Desa Lemban Tongoa dengan penyediaan layanan internet, balai belajar untuk anak-anak dan bantuan paket sembako.
“Jaringan internet sangat dibutuhkan di desa ini agar tidak terisolir dari dunia luar, khususnya untuk memfasilitasi anak-anak sekolah agar bisa mengikuti proses belajar daring,” jelas A’ak.
[Berita ini diolah dari jatimonline.net dan surabaya.jatimtimes.com]