Membangun Kesadaran Baru Penggerak dalam Workshop Peningkatan Kapasitas Komunitas GUSDURian se-Jawa Timur

Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian bersama Co-Koordinator Wilayah Jawa Timur (Jatim) telah mengadakan “Workshop Peningkatan Kapasitas Komunitas GUSDURian se-Jawa Timur” sesi kedua. Acara ini berlangsung di Gedung Pertemuan Widya Kartika, Surabaya, pada Jumat-Minggu (14-15/7/22) lalu.

Setelah Workshop Peningkatan Kapasitas Komunitas GUSDURian sesi pertama yang dilaksanakan di Batu pada Juni lalu, kali ini sesi kedua diikuti oleh komunitas GUSDURian Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Tuban, Nganjuk, Ngawi, Sumenep, Pamekasan, hingga Bangkalan.

Dalam sambutannya, Imam Maliki sebagai perwakilan Co-Koordinator Wilayah Jatim menyampaikan rasa syukurnya dan rasa terima kasih atas terselenggaranya workshop ini.

Cak Imam, sapaan akrabnya, menuturkan harapan kepada peserta selama workshop untuk tetap menjaga semangat dan saling menyemangati penggerak komunitas GUSDURian di kotanya masing-masing.

“Melihat para penggerak yang rata-rata anak muda dan belum tentu pernah melihat sosok Gus Dur, namun dengan kesadaran individu, mereka bergerak bersama-sama untuk melanjutkan cita-cita Gus Dur. Tentu hal itu sungguh mengeluarkan energi. Mari kita saling berbagi satu sama lain, merumuskan kembali gerakan komunitas GUSDURian di masing-masing wilayah,” ungkap Cak Imam.

Sementara itu, Tim Divisi Pengembangan Kader dan Komunitas Seknas Jaringan GUSDURian, Laila Fajrin Rauf menyampaikan beberapa hal dalam sambutannya. Di antaranya ia memberikan apresiasi kepada para penggerak komunitas di masa sulit pandemi Covid-19. Menurutnya, selama pandemi aktivitas komunitas terbatas, namun para penggerak di wilayah Jatim mau turun tangan membantu masyarakat yang terdampak bersama GUSDURian Peduli.

Selain itu ia juga membagikan kebahagiaan setelah dua tahun tidak bertemu secara tatap muka kali ini bisa bertemu bersama meningkatkan kapasitas komunitas.

“Forum ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kita bersama. Juga menjadi kesempatan bagi kita untuk melihat perkembangan komunitas pasca-pandemi, meningkatkankan kapasitas individu, dan memperluas lingkungan pengaruh agar mampu membersamai masyarakat nantinya,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ubay itu.

Selama tiga hari acara tersebut, para penggerak komunitas dibersamai oleh para fasilitator seperti Jay Ahmad, Nur Sholikin, Laila Fajrin Rauf, Mahmud Zain, dan Nur Rizky Amania; serta Koordinator Wilayah Jatim seperti Masrukin, Imam Maliki, Masruroh, Zen Haq, dan Ulfa Hana.

Tujuan workshop ini dilaksanakan adalah untuk membangun kesadaran baru sebagai penggerak dengan memperkuat kembali tekad ber-gusdurian, memperkuat paradigma ber-gusdurian, mengenal karakter komunitas, menyelami mental model komunitas, strategi mengelola komunitas, membangun gerakan komunitas yang berdaya, menciptakan mental model baru, mendesain ulang komunitas GUSDURian, dan terakhir menyusun program komunitas yang berkelanjutan.

Semua itu coba dicapai dengan mempelajari teori Inside Out, Level Of Listening, U-Proccess, Iceberg Analysis, serta dikenalkan dengan konsep Three Voice: Judgements, Cynicism, Fearness.

Jay Ahmad, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, mengajak para peserta untuk berefleksi di akhir sesi. Ia mengungkapkan bahwa cara mendengarkan perlu diasah terus menerus. Di luar sana banyak suara yang tak bisa didengar, sedangkan kita masih banyak bicara, jumawa, merasa paling hebat, dab merasa paling bisa sendiri.

“Mendengar itu bukan sesuatu yang mudah. Bahkan kita berjam-jam di forum ini, selama tiga hari, untuk melatih mendengarkan. Semoga proses ini menjadi proses yang membangun kesadaran baru kita dan kita terbiasa mendengarkan lebih dalam,” tutur Jay.

Tak cukup itu, ia juga berterima kasih yang tak terhingga kepada para penggerak yang sudah hadir. Hasil selama workshop akan disampaikan kepada Alissa Wahid, bahwa Komunitas GUSDURian Jawa Timur sudah bersiap bergerak pasca-pandemi.

Penggerak Komunitas GUSDURian Pasuruan, Jawa Timur.