Bingkai Pemikiran Gus Dur tentang Pemimpin Perempuan

Pemimpin merupakan sebuah jabatan dalam sebuah organisasi ataupun komunitas yang mempunyai kedudukan berada pada titik paling sentral. Bisa dibilang jabatan pemimpin bukanlah sekedar jabatan dengan gengsi semata, akan tetapi pemimpin haruslah mampu menjadi konseptor dan sosok orang yang mampu memberikan contoh kepada para anak buah dan para pendamping di sebuah organisasi ataupun di ranah politik.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya aktivitas kita selalu dilandasi dengan sebuah kepemimpinan atau manajemen waktu dari diri manusianya sendiri. Terlebih dalam sebuah jabatan pada suatu organisasi ataupun di politik lebih banyak dijabat oleh laki-laki, khususnya pada sektor ketua atau pimpinan. Namun di era sekarang keberadaan pemimpin perempuan banyak mewarnai panggung jabatan di sebuah perkumpulan organisasi atau di sektor pergulatan ranah politik.

Mengacu pada ayat al-Qur’an yang menerangkan bahwa manusia yang tinggal di muka bumi semuanya menjadi khalifatu fil ardl’, yang berarti pemimpin di muka bumi. Tentunya jabatan sebagai pemimpin tidaklah mudah dengan hanya mendapatkan gelar pemimpin saja. Tugas pokok seorang pemimpin haruslah mempunyai visi yang cerdas dan mampu menjadi lokomotif yang berjalan sesuai dengan rel tugas pokoknya.

Bagi Gus Dur, Islam tidak membedakan peran publik perempuan dan laki-laki. Perbedaan laki-laki dan perempuan hanyalah bersifat biologis, tidak bersifat institusional atau kelembagaan sebagaimana disangkakan banyak orang dalam literatur Islam klasik. Jika ada ayat ataupun hadis yang diskriminatif terhadap perempuan, harus dipahami secara cermat dalam kapasitas; apakah Muhammad sebagai salah satu orang Arab dengan segala setting kulturalnya, atau apakah Muhammad sebagai Rasul yang membawa pesan-pesan Ketuhanan.

Kedudukan pemimpin perempuan dalam pandangan Al-Qur’an Mengenai adanya QS an-Nisa ayat 34 yang menjelaskan bahwa kaum laki-laki lebih tegak atas wanita, Gus Dur mengatakan bahwa sebetulnya ayat tersebut dapat diartikan dalam dua kategori. Pertama, lelaki bertanggungjawab secara fisik atas keselamatan wanita. Kedua, lelaki lebih pantas menjadi pemimpin negara. Selain itu Gus Dur juga menambahkan bahwa ternyata para pemimpin politik Islam lebih memilih pendapat yang kedua, terbukti dari ucapan mereka di muka umum. Allah SWT berfirman:

 اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا

Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar. (QS An-Nisa: 34)

Al-Qur’an telah menyebutkan bahwa kedudukan perempuan setara dengan laki-laki dalam surat At-Taubah ayat 71:

وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (QS At-Taubah 9:71)

Kunci sukses pemimpin perempuan adalah amanah dalam menjalankan dan mengemban tugasnya. Amanah merupakan kualitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama.

Terjadinya banyak kasus korupsi di negara kita, merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari mulai tingkat desa sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan cara memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri. Pemimpin semacam ini sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin, mereka merupakan para perampok yang berkedok.

Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman telah mencatat beberapa ciri orang yang memiliki sifat tersebut. sebagai berikut: Pertama, dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah mempermalukan orang. Kedua, membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri dan autentisitas (kemurnian/kejujuran). Ketiga, berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain

Tugas dan kewenangan pemimpin perempuan mampu memimpin dengan kecerdasan yang dimilikinya. Pemimpin yang cerdas tentunya harus ditopang dengan keilmuan yang mumpuni. Ilmu bagi pemimpin yang cerdas merupakan bahan bakar untuk terus melaju di atas roda kepemimpinannya. Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena baginya hanya dengan keimanan dan keilmuan dia akan memiliki derajat tinggi di mata manusia dan juga pencipta.

Sebagai seorang pembantu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat atau yang dipimpinnya, pemimpin harus merelakan waktu. Tenaga dan pikiran untuk melayani rakyatnya. Pemimpin dituntut untuk melepaskan sifat individualis yang hanya mementingkan diri sendiri. Ketika menjadi pemimpin maka dia adalah kaki-tangan rakyat yang senantiasa harus melakukan segala macam pekerjaan untuk kemakmuran dan keamanan rakyatnya.

Dalam buku The 21 Indispensable Quality of Leader, Karya John C. Maxwell menekankan bahwa tanggungjawab bukan sekedar melaksanakan tugas, namun pemimpin yang bertanggung jawab harus melaksanakan tugas dengan lebih berorienatsi kepada ketuntasan dan kesempurnaan.

“Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertanggung jawab adalah kemampuannya untuk menyelesaikan,” kata Maxwell.

Dari beberapa bingkai pemikiran Gus Dur di atas, semoga kita semua mendapatkan banyak pengetahuan mengenai pemimpin perempuan. Dan para pemimpin yang sudah mendapatkan amanah dari rakyat dan para pemilih semoga dapat menjalankan jabatan dan programnya.

Penggerak Komunitas GUSDURian Brebes. Kontributor NU Online Jawa Tengah.