Komunitas GUSDURian Sumenep melaksanakan kegiatan Ngaji Nilai, Pemikiran, dan Keteladanan (NPK) Gus Dur di kediaman Kiai Muhammad Affan, Pondok Pesantren Annuqayah daerah Al-Furqan, Guluk-guluk Sumenep pada Sabtu (3/8/2022). Sejumlah penggerak dan anggota GUSDURian Sumenep mendatangi langsung salah satu inisiator berdirinya Komunitas GUSDURian Sumenep tersebut. Mereka menyimak pesan-pesan yang disampaikan oleh Kiai Muhammad Affan.
Zaynollah, Koordinator Penggerak GUSDURian Sumenep mengatakan bahwa ngaji NPK ini diformat dengan mendatangi langsung tokoh di kediamannya. Karena menurutnya, konsep ngaji seharusnya memang mendatangi seorang guru bukan mendatangkan guru untuk memberikan ilmu dan tausiyah kepada seluruh penggerak GUSDURian Sumenep.
“Ini sesuai dengan kesepakatan musyawarah para Penggerak GUSDURian Sumenep beberapa waktu agar konsep ngaji NPK ini langsung mendatangi tokoh yang akan memberikan ilmu dan pengalaman serta keteladanan dari sosok Gus Dur,” kata Mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPNU Kabupaten Sumenep ini.
Sementara itu, Kiai Muhammad Affan menjelaskan dua hal tentang nilai-nilai politik yang menjadi perjuangan sosok almarhum Gus Dur. Politik yang diperjuangkan oleh Gus Dur adalah politik kemanusiaan dan politik kebangsaan. Hal ini menurutnya merupakan politik yang berada di tingkatan paling tinggi.
“Ketika Gus Dur menyampaikan yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan, secara tidak langsung Gus Dur menyampaikan bahwa gerakan GUSDURian adalah gerakan politik kebangsaan dan politik kemanusiaan,” ungkap pria yang akrab disapa Ra Affan tersebut.
Lebih lanjut, Ra Affan mengatakan bahwa politik elektoral adalah politik kelas rendah yang berhubungan hasrat kekuasaan, melakukan pengaruh, berkaitan dengan angka-angka, dan tidak lebih tinggi kedudukannya dari politik kemanusiaan dan kebangsaan yang digagas oleh Gus Dur.
“Gerakan GUSDURian sebenarnya simple. Semua gerakan yang dilakukan oleh penggerak GUSDURian menegaskan kemanusiaan. Inti dari gerakan GUSDURian adalah bahwa kita benar-benar manusia. Misal belajar bersama, membangun silaturahim. Politik kebangsaan tidak terlepas dari manusia sebagai makhluk budaya. Merawat kebudayaan dari hasil cipta, karya, dan karsa manusia,” pungkasnya.