Perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dari sebelum lahir, dikandung, hingga wafat merupakan suatu perjalanan suci dalam agama Islam. Sebagai suatu perjalanan suci, Nabi Muhammad SAW membawa serta pesan kehidupan yang hendak dihidupi oleh setiap umat muslim. Salah satu pesan penting dalam perjalanan sucinya adalah saat-saat terakhir sebelum wafatnya. Inilah yang akan menjadi pusat perhatian dalam tulisan ini.
Akhir Hidup Nabi Muhammad SAW
Dalam masa-masa terakhir kehidupan Nabi, tepat pada tahun 10 H (632 M) ia menjalankan ibadah hajinya yang terakhir (haji wada’). Menurut laporan Syekh Mushtafa as-Siba’i dalam As-Sîrah an-Nabawiyah Durus wa ‘Ibar, terdapat 114.000 jemaat juga ikut menunaikan ibadah haji pada saat itu. Sementara menurut laporan Safyurrahman al-Mubarakfuri dalam Ar-Raḫîqul Makhtûm jumlah jamaah haji yang ikut pada waktu itu sebanyak 124.000 atau 140.000. Pada waktu wukuf di Arafah, Rasulullah menyampaikan khotbahnya dengan menyebut beberapa pesan penting yang dapat menjadi landasan hidup bagi setiap pribadi terutama umat muslim. (Abror 2022)
Pertama, larangan menumpahkan darah dan larangan mengambil harta orang lain karena nyawa serta harta adalah suci. Kedua, larangan riba dan menganiaya. Ketiga, perintah untuk memerlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut. Keempat, jauhilah dosa. Kelima, semua pertengkaran di antara mereka di jaman jahiliah harus saling dimaafkan. Keenam, pembalasan dengan tebusan darah seperti pada jaman jahiliah tidak dibenarkan. Ketujuh, persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan. Kedelapan, hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik. Mereka memakan apa yang dimakan majikannya, dan memakai apa yang dipakai majikannya. Kesembilan, umat Islam harus berpegang pada dua sumber: Al Qur’an dan Sunah Nabi SAW. Sembilan pesan ini kiranya menjadi khazanah refleksi yang tidak terbatas tentang kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan umat muslim. (Tahir 2021, 31)
Gus Dur dan Pesan Rasulullah
Dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, nama Gus Dur selalu mendapat tempat untuk dikenang. Hal ini dikarenakan kehidupannya sungguh memancarkan spektrum yang sangat luas kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pemikirannya menjangkau berbagai isu kehidupan bangsa ini, baik soal politik, kebudayaan, tentang gender, dan lain sebagainya. Aksi-aksinya juga selalu menyentuh seluruh segi kehidupan manusia serta seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dan, perlu disadari bahwa pemikiran-pemikirannya selalu meninggalkan kesan damai bagi seluruh lapisan masyarakat dan tentu selalu relevan dalam peradaban manusia.
Pemikiran dan aksi-aksi Gus Dur selama hidupnya memancarkan kesan spiritual yang sungguh mendalam. Gus Dur dapat disebut sebagai sahabat Rasulullah zaman ini yang sungguh menyentuh hidup manusia dari berbagai segi. Ia adalah “pengganti” Rasulullah zaman ini yang benar-benar mengarahkan manusia (umat Islam) kepada kehidupan yang ideal dalam teladan Nabi Muhammad SAW. Hal ini tampak dalam berbagai pemikiran dan aksi-aksinya. Ia berusaha membela mereka yang menderita, ia berusaha menolong yang tidak berdaya, ia berusaha membuka tabir kebenaran yang kerap kali dihalau oleh orang atau kelompok tertentu demi kepentingannya sendiri.
Gus Dur melaksanakan semuanya itu dengan penuh damai tanpa harus mengorbankan nyawa manusia. Gus Dur pun selalu membuka ruang persaudaraan dengan banyak orang demi suatu kebaikan manusia seutuhnya. Gus Dur tidak pernah melihat perbedaan sebagai penghalang untuk membangun kerja sama. Dari semua kenyataan ini tidak dapat disangkal lagi bahwa Gus Dur adalah sahabat Nabi zaman ini. Gus Dur adalah sang aplikator pesan Nabi pada zaman ini.
Pelaksanaan pesan Nabi dalam hidupnya jelas terlihat dalam sembilan nilai atau keutamaan yang dihidupi oleh Gus Dur. Sembilan nilai itu antara lain ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, kearifan tradisi (kearifan lokal). Kesembilan nilai ini benar-benar memancarkan aktualisasi nyata pesan Rasulullah yang disampaikan pada masa akhir hidupnya. Dalam berjalannya waktu, kini Gus Dur pun telah pergi meninggalkan dunia. Apakah kita akan seperti beliau yang mana menjadi para aplikator pesan-pesan dan nilai-nilai atau keutamaan yang dihidupi oleh Gus Dur selama hidupnya, yang sungguh memancarkan dengan jelas pesan Rasulullah.
Haul (peringatan kematian) Gus Dur sesungguhnya tidak hanya merupakan momen untuk mendoakan kepergian Gus Dur, tetapi juga sebagai kesempatan yang kiranya terus mengingatkan kita akan nilai atau keutamaan yang sungguh dihidupi oleh beliau selama hidupnya. Momen ini hendaknya menjadi kesempatan untuk terus menerus membangun komitmen baru untuk mengaktualisasikan nilai-nilai atau keutamaan Gus Dur yang tetap relevan dengan arus perkembangan zaman. Haul Gus Dur yang dilaksanakan setiap tahun kiranya mengingatkan kita tentang bagaimana hidup di tengah dunia yang beragam seperti Indonesia. Gus Dur kiranya telah menjadi contoh nyata yang pernah ada bagaimana menjadi warga negara yang baik.
Semoga nilai atau keutamaan-keutamaan hidup Gus Dur sungguh menjadi arus utama hidup dalam keseharian kita di negeri multikultural ini.