Majelis Tabaruk Mangkuk Semesta (TMS) bersama Komunitas GUSDURian Banjarnegara melakukan kegiatan Ziarah Makam Para Wali di area Banjarnegara-Wonosobo pada Minggu, 8 Januari 2023. Adapun lokasinya adalah makam Ki Ageng Maliu, Syekh Umar Sutodrono Al-Hasyimi, dan Syekh Abdulloh Selomanik.
Ki Ageng Maliu adalah pendiri awal Banjarnegara. Ia merupakan tokoh masyarakat yang tertarik dengan keindahan alam berupa tanah yang berundak dan berbanjar sepanjang sungai. Seiring waktu berlalu semakin banyak rumah yang didirikan dan akhirnya menjadi perkampungan yang dinamakan “Banjar”, daerah dengan tanah berpetak dan berbanjar. Hal inilah yang menjadi cikal bakal Kabupaten Banjarnegara dengan Ki Ageng Maliu sebagai petingginya.
Selanjutnya, Syekh Umar Sutodrono, Kaligintung, Wonosobo merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam dan juga berperan dalam membela tanah air di daerah Wonosobo. Ia berjuang di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Dengan nama asli Umar, kemudian memiliki nama Jawa yakni Sutodrono.
Sedangkan Syekh Abdullah Selomanik, Dieng, Wonosobo merupakan tokoh penyebar agama Islam pertama di Lembah Dieng. Ia merupakan keturunan Brawijaya V dari Majapahit, putra Raden Bintoro I yang bergelar R. Lembu Peteng (Kiai Tarup). Gus Dur sebelum menjadi presiden kerap berziarah ke makam Syekh Abdullah Selomanik. Dalam sebulan Gus Dur bahkan bisa 3-4 kali berziarah ke sana.
Ziarah merupakan upaya menambah spiritualitas, mengulik sejarah dan inspirasi dari ahli kubur semasa hidupnya, dan membawa manfaat bagi manusia yang masih hidup. Seperti kata Gus Dur tentang ziarah, yang mana orang yang telah meninggal sudah tidak ada kepentingan duniawi lagi. Hal ini dapat menjadi salah satu sarana dalam menenangkan batin dan pikiran.
Dalam nuansa Haul Gus Dur ke-13, selain ziarah sebagaimana yang telah diteladankan Gus Dur semasa hidupnya, juga dilakukan Sarasehan tentang “Makna, Teladan, dan NPK Gus Dur” yang diisi oleh Masturido, Koordinator Komunitas GUSDURian Banjarnegara. Tentunya perjuangan Gus Dur bagi tiap individu memiliki pemaknaan tersediri. Ragam pemaknaan tersebut menandakan bahwa Gus Dur memang sosok multidimensi, mulai dari pemikiran, perilaku hingga aspek spiritual.
“Teladan Gus Dur semasa hidupnya masih dan akan terus relevan dengan kehidupan hari ini. Kita perlu meneruskan teladan Gus Dur sesuai kemampuan masing-masing dan berkolaborasi dalam rangka menambah kemanfaatan di lingkungan sekitar. Bagi para GUSDURian dengan Nilai Pemikiran dan Keteladanan (NPK) Gus Dur yang di dalamnya terdapat 9 Nilai Utama menjadi pegangan, akar dalam kerangka berpikir dan gerakan,” ungkap pria yang akrab disapa Rido tersebut.