Social Media

Merawat Keberagaman Meneguhkan Kemanusiaan

Judul di atas menjadi tema sentral dalam kegiatan Halalbihalal Jaringan GUSDURian yang telah digelar semalam (10/5/2023). Tema ini juga menjadi ikon perjuangan Gus Dur, baik sebelum menjadi presiden, di masa kepresidenan, maupun setelah lengser dari kepresidenan. Gus Dur adalah tokoh yang sangat gigih memperjuangkan nilai-nilai keberagaman dalam konteks keindonesiaan dan nilai-nilai kemanusiaan tanpa terlepas dari nilai-nilai agama.

Jaringan GUSDURian merupakan jaringan yang diinisiasi oleh para pecinta pemikiran Gus Dur dan dimotori langsung oleh Alissa Wahid yang merupakan putri sulung Gus Dur. Jaringan GUSDURian sangat masif dalam mengampanyekan pemikiran-pemikiran Gus Dur di seluruh wilayah Nusantara. Dalam konteks keindonesiaan, sejarah pendirian Nusantara ini diinisiasi oleh tokoh-tokoh nasionalis yang religius, yang sangat menginginkan berdirinya negara Indonesia yang saat itu berada dalam cengkraman kolonialisme Barat.

Pemikiran Gus Dur yang moderat dan sangat paham dengan sejarah berdirinya Indonesia yang pluralistik inilah yang menjadi pekerjaan berat bagi Gus Dur untuk tetap mempertahankannya. Ini adalah warisan terbesar yang ditinggalkan oleh para pendiri bangsa untuk dilanjutkan oleh para generasi berikutnya, salah satunya adalah pemikiran-pemikiran keragaman dan kemanusiaan dari Gus Dur.

Tantangan terberat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masifnya gerakan-gerakan yang mencoba mengaburkan warisan para pendiri bangsa. Para pendiri bangsa telah lebih jauh berpikir ke depan untuk mengawal eksistensi bangsa yang tetap mengedepankan dan mempersatukan kondisi bangsa yang terdiri dari berbagai segmen ini, seperti agama, budaya, bahasa, suku, etnis, hingga budaya lokal. Kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia bukan hanya kekayaan alam yang melimpah, tetapi kekayaan budaya-budaya lokal yang punya kandungan nilai-nilai moral-kultural dan itu dapat menjadi perekat antarberbagai elemen budaya dan etnis yang ada di Nusantara ini.

Adalah menjadi urgen untuk tetap memasifkan pemikiran-pemikiran Gus Dur sebagai suatu pemikiran yang sangat ideal untuk menjaga eksistensi bangsa ke depan, suatu pemikiran yang dapat melanjutkan misi utama para pendiri bangsa. Nilai-nilai lokal yang banyak terdapat di berbagai wilayah Nusantara itu sangat sejalan dengan misi agama yang mengedepankan kesesuaian dengan zaman dan lokalitas tempat atau nilai budaya yang menjadi sasaran dari misi suatu agama.

Para pencinta pemikiran Gus Dur atau GUSDURian, telah merumuskan pemikiran-pemikiran Gus Dur. Setiap tokoh besar tentu akan meninggalkan berbagai jejak pemikiran dan itu akan menjadi landasan bagi generasi berikutnya untuk menyosialisasikan pemikiran tokoh tersebut. Misalnya, Soekarno sebagai Bapak Proklamator tentu meninggalkan pemikiran yang besar tentang konsep negara, khususnya pemikiran tentang Pancasila sebagai dasar dalam bernegara. Begitupun di era modern sekarang banyak tokoh-tokoh besar yang dimiliki republik ini, yang sangat punya perhatian dalam mempertahankan eksistensi bangsa ini.

Pemikiran Gus Dur adalah pemikiran yang punya elastisitas dan bisa merekatkan kembali nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan yang telah ditanamkan oleh para pendiri bangsa. Pemikiran Gus Dur punya nilai-nilai universal dan realistis. Para pelanjut pemikiran Gus Dur mencoba meramu kembali apa yang menjadi perjuangannya dalam menata Indonesia sebagai negara yang besar dan mempunyai banyak kekayaan, baik kekayaan alam maupun kekayaan kultural berupa tradisi lokal atau kearifan lokal yang ada di berbagai wilayah Nusantara ini.

Setidaknya dalam pandangan para pencinta Gus Dur atau GUSDURian, ada sembilan nilai utama yang menjadi perjuangan Gus Dur dalam menata keindonesiaan. Kesembilan nilai utama tersebut adalah ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, dan kearifan tradisi. Kesembilan nilai tersebut identik dengan perjuangan Gus Dur.

Nilai-nilai itu sangat sejalan nilai-nilai perjuangan Nabi selama menjalani misi dakwah, baik di Makkah maupun di Madinah. Perjuangan nilai-nilai tersebut tidak semuda membalikkan kedua telapak tangan. Dibutuhkan suatu semangat yang membaja dan tingkat kecerdasan yang tinggi serta akhlak yang mulia untuk bisa bertahan dalam memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai inilah yang bisa mengangkat atau membawa Indonesia seperti yang telah dicita-citakan para pendiri bangsa, sebagai negara yang besar dan kaya, serta sebagai alat perekat bangsa yang harus dipertahankan oleh segenap anak bangsa yang punya jiwa nasionalisme yang tinggi.

Bumi Pambusuang, 11 Mei 2023


Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.