Selenggarakan Workshop di Depok, Jaringan GUSDURian Ajak Peserta Saling Bertukar Pengalaman Mengelola Keberagaman

Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian menggelar Workshop Penguatan Jejaring dan Advokasi Keberagaman di Wisma Hijau, Depok, pada 15-18 Juni 2023. Pertemuan ini melibatkan puluhan pemimpin sosial dan agama serta para aktivis muda keberagaman dari beberapa kota di Jawa bagian barat dan wilayah Sumatera.

Workshop yang telah digelar di beberapa kota di Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan analisis sosial para pemimpin sosial dalam pengelolaan jejaring advokasi keberagaman serta meningkatkan kapasitas kepemimpinan diri dalam melakukan kerja-kerja penguatan jejaring advokasi keberagaman.

Pelatihan ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Religious Leader yang diikuti oleh 35 pemimpin sosial dan agama serta kelas Youth Leader yang diisi oleh 34 aktivis muda keberagaman. Kedua kelas tersebut dipandu oleh tim fasilitator nasional Jaringan GUSDURian.

Di samping itu, workshop ini juga menghadirkan tiga narasumber yang membawakan materi-materi tentang penguatan jejaring dan advokasi keberagaman. Ketiga narasumber tersebut adalah Jay Akhmad (Koordinator SekNas Jaringan GUSDURian), M. Hafidz (Centra Inisiative), dan Alamsyah M. Djafar (Wahid Foundation).

Melalui pelatihan ini peserta diharapkan mampu melakukan penguatan jejaring advokasi keberagaman, memahami cara mengelola diri dan masyarakat, hingga mampu menggunakan berbagai alat analisis sosial sebagai bekal membangun jejaring advokasi.

Beberapa materi yang disampaikan dalam pertemuan ini di antaranya meliputi materi analisis keadilan sosial keberagaman berbasis U-Theory, perspektif keadilan sosial, analisis kelas sosial, hingga analisis stakeholder.

Dalam pemaparannya, Jay Akhmad menjelaskan bahwa isu terkait keberagaman dari tahun ke tahun kejadiannya sering kali sama dan bisa jadi karena pelakunya berbeda. Menurutnya situasi tersebut mengalami regenerasi.

“Regenerasi tidak hanya dimaknai soal dari tua ke yang muda, tetapi bagaimana kita meregenerasikan pengetahuan tentang keberagaman, meregenerasikan pengetahuan tentang bagaimana menyikapi keberagaman. Dan di sini kita mengajak ibu-bapak sekalian saling bertukar pikiran dan bertukar kemampuan terkait pengalaman keberagaman,” ucap Jay.

Saat menjelaskan tentang indeks kota toleran di Indonesia, Jay juga menjelaskan bahwa para pemimpin keberagaman ini mempunyai tantangan untuk meningkatkan toleransi di daerahnya masing-masing.

“Toleransi rendah bukan berarti tidak toleran. Ini tantangan kita untuk meningkatkan toleransi di sebuah daerah, sehingga orang-orang di daerah itu kemudian bisa membangun daerahnya menjadi lebih baik. Tentu dengan tanpa diskriminasi,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *