JAKARTA – Direktur Jaringan GUSDURian, Alissa Wahid menyampaikan bahwa seorang pemimpin nasional harus memiliki komitmen dengan Indonesia. Komitmen ini lahir dari tanggung jawab dan kesadaran untuk merawat nilai-nilai kedamaian dan keragaman bangsa.
Hal tersebut disampaikannya dalam pembukaan Forum Titik Temu (FTT) IV. Kegiatan yang bertajuk “Merayakan Indonesia: Suara Kultural untuk Pemimpin Nasional 2024” ini merupakan hasil kolaborasi antara Nurcholish Madjid Society (NCMS), Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah, Jaringan GUSDURian, dan Maarif Institute.
“Saya rasa forum kita kali ini diselenggarakan pada waktu yang sangat tepat. Sebab kita masih berada dalam momentum kemerdekaan sekaligus menyongsong tahun politik 2024 nanti,” ungkapnya di Balai Sarbini, Sabtu (26/08/2023).
Alissa Wahid menegaskan seorang pemimpin merupakan pribadi yang wajib mengayomi masyarakatnya. Sebab sosok tersebutlah yang nantinya akan membawa perubahan bagi bangsa. Akan tetapi perlu dicatat pula, perubahan seperti apa yang akan mereka bawa, apakah ke arah yang lebih baik atau justru malah mundur dari sebelumnya.
Dalam forum yang sama turut hadir pula Ketua Dewan Pembina NCMS, Omi Komaria Nurcholish Madjid yang menyampaikan keadilan sebagai mimpi setiap rakyat Indonesia. Mimpi tersebut dapat diraih melalui komitmen dan kebijakan Pemerintah untuk mewujudkannya.
“Peran Pemerintah dalam menciptakan keadilan bagi masyarakat sangatlah besar. Tapi perlu dipahami bersama, PR kita masih banyak terkait keadilan di Indonesia,” ungkap Omi Komaria dalam sambutannya.
Menurut dia, momentum peringatan HUT ke-78 RI kemarin seharusnya menjadi pengingat tentang komitmen ke-Indonesia-an. Dalam kegiatan FTT IV ini, komitmen tersebut kembali disinggung sebagai upaya merawat kedamaian bangsa.
“Saya berharap generasi selanjutnya mampu merasakan kedamaian yang ada di Indonesia. Upaya kita hari ini adalah untuk mewariskan kedamaian, harmonisasi, dan kesejahteraan tersebut bagi anak dan cucu kita nanti,” pungkasnya.