Komunitas GUSDURian Bone kembali menggelar Forum 17-an yang dibungkus dalam konsep bioskop rakyat dengan memutar film dokumenter Jejak Langkah Gus Dur: Bapak Bangsa dan Pemikir Toleransi pada Kamis (31/8/2023) malam.
Kegiatan Forum 17-an kali ini dilaksanakan di Aula kampus IAIN Bone, Watampone, Sulawesi Selatan. Hadir selaku pemantik pada kegiatan kali ini yakni Fatma Utami Jauharoh selaku penyuluh agama KUA Tanete Riattang dan Rusli Kaseng selaku direktur dari Perspektif Riset dan Opini Publik (PROP).
Forum kali ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh budaya. Di antaranya adalah perwakilan dari kelompok Ahmadiyah, KUA Tanete Riattang, Yayasan Pawero Tama Kreatif, Biku Gede dari Vihara Dharma Shita Palakka, dan beberapa perwakilan komunitas literasi di Kabupaten Bone.
Fatma Utami Jauharoh selaku pemantik menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sering dilaksanakan namun jarang membahas keadilan gender dalam pemikiran Gus Dur, maka dari itu penting untuk mengkaji sedikit tentang gender selain dari yang ditonton di film dokumenter.
“Film ini sudah sering saya lihat. Dan soal pemikiran Gus Dur itu barangkali kita semua sudah tahu bagaimana beliau berjuang untuk mereka yang termarjinalkan. Namun, kita sangat jarang menyinggung soal keadilan gender. Padahal sumbangsih pengarusutamaan gender hari ini kita dengar dan rasakan dampaknya itu adalah hasil buah perjuangan Gus Dur,” jelas Fatma.
Selanjutnya, Rusli Kaseng mengatakan bahwa hal yang telah diwariskan Gus Dur kepada semua orang adalah pemikiran yang sangat inklusif tanpa pernah melihat latar belakang entitas tersebut. Itulah, menurut Rusli, yang disebut kemanusiaan.
“Dari sekian banyak buku yang Gus Dur tulis selaku pembaca dan penulis yang ulung, satu hal yang Gus Dur wariskan dalam tulisan itu, mulai dari halaman sampul sampai penutup buku, tak lain adalah kemanusiaan,” jelasnya.
Senada dengan hal di atas, Biku Gede dari Vihara Dharma Shita Palakka juga mengungkapkan jika selama ini dirinya banyak membaca pemikiran Gus Dur lewat tulisannya di majalah dan beberapa tulisan sahabat Gus Dur seperti Cak Nur dan lainnya.
“Gus Dur bagi saya dan umat Buddha bukan hanya sebagai sosok pejuang toleransi, namun lebih daripada itu, bagi kami Gus Dur adalah wali Tuhan yang menjadi pelindung bagi seluruh warga negara ini, terkhusus bagi kami etnis Tionghoa. Selain itu, salah satu jasa Gus Dur yang kami nikmati sampai detik ini adalah Imlek masuk dalam kalender nasional, sehingga kami dapat berkahnya. Begitupun dengan umat lain,” jelasnya.