Manggala, Kairo – Komunitas GUSDURian Kairo berkolaborasi dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) dan Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Mesir mengadakan Seminar Interaktif bertajuk “Abdurrahman Wahid Menurut Peneliti Mesir dan Peran Islam dan Kemanusiaan” dengan tujuan memperkenalkan pemikiran Gus Dur di kancah Internasional. Seminar ini dilaksanakan pada Sabtu (16/12/2023) di Pusat Kebudayaan Indonesia, Dokki, Giza.
Seminar ini merupakan salah satu dari rangkaian acara Haul Ke-14 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Kairo. Pada seminar kali ini turut mengundang beberapa tokoh pembicara di antaranya Prof. Dr. Mostafa Zahran (Peneliti Islam dan Politik Internasional) & Dr. Husam Syakir (Direktur Pusat Informasi al-Azhar).
Dalam seminar tersebut Prof. Dr. Mostafa Zahran menyampaikan bahwa pemikiran Gus Dur tak hanya untuk bangsanya saja, tetapi juga untuk dunia, karena Gus Dur adalah sosok teladan dengan pemikirannya di tengah maraknya radikalisme dan fanatisme. Beliau juga menyampaikan bahwa, Gus Dur adalah sosok yang mampu melahirkan Islam Nusantara yang merupakan hasil dari harmonisasi antara budaya Indonesia dan keislaman. Oleh karena itu beliau berpesan untuk selalu meneruskan meneruskan nilai-nilai yang ditinggalkan Gus Dur.
Lebih lanjut Dr. Husam Syakir yang membawa tema “Peran Islam dalam Kemanusiaan”. Husam Syakir mampu menyimpulkan secara apik mengenai pemikiran Gus Dur terkait humanisme Islam. Menurutnya, pemahaman humanisme dan keluasan ilmu yang dimiliki Gus Dur merupakan hasil dari menempuh pendidikan di luar negeri salah satunya Al-Azhar. Walaupun tidak lama tapi Gus Dur mampu mengambil banyak ilmu dari hasil studinya di Mesir.
Lalu Azmil selaku Ketua GUSDURian Kairo mengatakan, “Karena kami merupakan GUSDURian yang berada di luar negeri, ada tanggung jawab moral tidak hanya menggaungkan pemikiran Gus Dur di kalangan Masisir, tapi juga memperkenalkan Gus Dur di ranah internasional, karena Gus Dur terkenal dengan tokoh insaniyyah (humanis), dan aban li at-ta’addudiyah (bapak pluralisme), tapi belum pernah ada orang yang mencoba memperkenalkannya kepada orang di Timur Tengah khususnya Mesir.”
Adapun peserta yang hadir dalam seminar interaktif kali ini tidak hanya terdiri dari mahasiswa Indonesia di Mesir, tetapi juga dihadiri oleh para pelajar dari Pusat Kebudayaan Indonesia di Mesir (PUSKIN) yang terdiri warga Mesir yang sedang mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.
Dr. Rahmat Aming Lasim, selaku Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI menyatakan bahwa, acara-acara seperti ini ke depannya diharapkan bisa mengundang lebih banyak lagi peserta dari pelajar-pelajar Mesir dan juga diharapkan kedepannya ada lebih banyak literatur indonesia yang berbahasa Arab dengan harapan tokoh-tokoh Indonesia dan pemikirannya semakin mudah dikenal di kancah dunia internasional.
______________________________________________
Tulisan ini pertama kali dimuat di manggala.kpmjb.com