Social Media

Gandeng KPU hingga Bawaslu, GUSDURian Pontianak Bahas Pemilu dan Penguatan Demokrasi dalam Haul Gus Dur ke-14

PONTIANAK – Komunitas GUSDURian Pontianak mengadakan Haul Gus Dur ke-14 pada Minggu, 14 Januari 2024 di Jalan Jendral Sudirman, Pontianak. Kegiatan ini dirangkaikan dengan diskusi mengenai demokrasi yang mengangkat tema “Mendorong Pemilu yang Jujur, Adil, Damai, dan Bermartabat”. Acara ini menghadirkan perwakilan dari Bawaslu, KPU, akademisi, dan jejaring GUSDURian di Pontianak.

Koordinator GUSDURian Pontianak Lulu Musyarofah menjelaskan bahwa haul (peringatan wafat) Gus Dur kali ini juga sebagai bentuk sosialisasi GUSDURian Pontianak untuk memperkenalkan Gardu Pemilu dan gardu.net. Lulu juga menjabarkan fungsi gardu sebagai pendidikan politik dan demokrasi, monitoring pemilu, dan konsolidasi masyarakat sipil dalam mengawal pemilu.

Dalam acara ini, hadir juga Ridwan selaku Ketua Bawaslu Pontianak. Dirinya mengapresiasi gerakan Gardu Pemilu yang diinisiasi Jaringan GUSDURian. Ridwan juga mengajak masyarakat untuk menyukseskan dan mengawal Pemilu 2024.

“Masyarakat tidak perlu takut untuk melaporkan apabila melihat adanya kecurangan di lapangan, baik kecurangan dalam proses kampanye hingga pemungutan suara,” ujarnya

Ridwan juga mengatakan bahwa masih banyak pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh peserta pemilu kali ini, yang menjadi sorotan ialah pemasangan peraga kampanye yang mengganggu aktivitas pengendara motor dan mobil.

“Banyak pelanggaran yang terjadi seperti dalam aturan pemasangan alat peraga kampanye yang masih melanggar aturan. Banyak alat peraga kampanye yang mengganggu ketertiban umum khususnya pengendara di jalanan,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Abdul Haris selaku Ketua KPU Pontianak. Ia menyampaikan bahwa pemilu merupakan momentum bagi masyarakat untuk memilih secara langsung siapa calon pemimpin mereka, maka harus dilaksanakan secara jujur, adil, damai, dan bermartabat.

Selain itu hadir pula Budiono selaku akademisi yang memberikan rekomendasi kepada Bawaslu, KPU, dan juga GUSDURian mengenai pendidikan politik.

“Seharusnya pendidikan politik dimasukkan dalam kurikulum pendidikan formal dan didukung oleh penyelenggara, karena selama ini materi dari pemilu masih sangat monoton, yaitu hanya berisi sejarah pemilu serta hanya dilakukan tiap 5 tahun sekali. Hal ini bertujuan supaya pemilih pemula punya pemahaman soal pemilih yang ideal, sesuai visi-misi dan juga nilai yang disampaikan,” tutupnya.

Kegiatan haul ini ditutup dengan doa bersama untuk kesatuan dan persatuan Indonesia, juga untuk keberkahan GUSDURian. Doa ini dipimpin langsung oleh Budiono.

Penggerak Komunitas GUSDURian Pontianak, Kalimantan Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *