BONE BOLANGO – Komunitas GUSDURian Kabupaten Bone Bolango menginisiasi Pojok GUSDURian sebagai medium mengkampanyekan pemilu damai. Ruang tersebut diinisiasi untuk kalangan generasi muda.
Tim Pojok GUSDURian Bone Bolango Mudzakir mengungkapkan tujuan diinisiasinya Pojok GUSDURian ini sebagai ruang diskusi bagi kalangan muda agar dapat menambah dan membuka wawasan tentang pentingnya menerapkan nilai-nilai persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di situasi penyelenggaran pemilu kali ini.
“Peran anak muda pada pemilu saat ini sangat dibutuhkan, karena berdasarkan kategori usia, anak mudalah yang mendominasi jumlah pemilih pada Pemilu 2024 ini,” ujar Mudzakir pada kegiatan pencanangan Pojok GUSDURian, Sabtu (13/01/2024), di Lapangan Ippot Tapa, Talumopatu, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Di Bone Bolango sendiri, kata Mudzakir, berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) yang dikeluarkan oleh KPU Bone Bolango, presentase pemilih muda hampir mencapai angka 50 persen.
“Khususnya para pemilih muda agar menjadi pelopor Pemilu Damai 2024, yaitu menjadi pemilih yang cerdas dengan tidak termakan informasi palsu apalagi turut menyebar berita-berita hoaks atau konten negatif lainnya,” tambahnya.
Pada tahun 2024 bangsa Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi, yaitu pemilu serentak pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) dan pemilihan umum legislatif (Pileg) untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 dan pemilihan kepala dan wakil kepala daerah (pilkada) pada November 2024.
Tentu Ini menjadi kesempatan yang istimewa bagi bangsa dan negara Indonesia untuk mewujudkan kehidupan demokrasi yang berkualitas sehingga hasil yang positif selama lima tahun ke depan dapat dinikmati seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
“Banyaknya pemilih muda dalam Pemilu 2024 menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara pemilu, di mana permasalahan yang ada saat ini adalah selain tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih muda terhadap politik masih dinilai rendah juga kemungkinan dihadapkan pada maraknya hoaks yang bertebaran di media sosial,” pungkasnya.