Lakukan Dialog dan Buka Bersama di Gereja, GUSDURian Boalemo Serukan Jaga Toleransi dalam Keberagaman

BOALEMO – Komunitas GUSDURian Boalemo sukses melaksanakan Kegiatan Dialog Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Desa Tabulo, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, pada Minggu (3/17/24).

Kegiatan ini dihadiri oleh Jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, GUSDURian Boalemo, Ketua DPRD Kabupaten Boalemo, Pemerintah Kecamatan Mananggu, Kepala Desa Tabulo Selatan, Polsek Kecamatan Mananggu, Koramil Mananggu, para pendeta dari berbagai gereja, Ansor Kabupaten Boalemo, Karang Taruna Kabupaten Boalemo, dan tokoh-tokoh agama di Kecamatan Mananggu.

Dialog tersebut juga menghadirkan tiga narasumber, yaitu Koordinator GUSDURian Sulawesi, Maluku dan Papua, Djemi Radji; Pengasuh Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta, Ustaz Sudirman Bin Darson; dan Pendeta Kristen Protestan, Anderson Michael Kairupan.

Pada dialog kebangsaan tersebut, Pendeta Michael menyampaikan kepada peserta dialog tentang pentingnya menjaga keberagaman di Indonesia sampai akhir hayat.

“Mengapa kita perlu merawat keberagaman? Karena keberagaman merupakan kekuatan dan keindahan kita sebagai masyarakat global. Kita harus merawat perbedaan kepada kondisi yang semestinya dan kita harus tahu bahwa bangsa ini terdiri dari perbedaan-perbedaan tetapi kita disatukan atau diikat oleh Pancasila. Tak sampai di situ, Alkitab, Al-Qur’an, dan kitab-kitab lainnya juga mengajarkan kasih, toleransi, dan persaudaraan,” ucap Pendeta Michael.

Pendeta Michael juga menegaskan bahwa hadirnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar untuk menjaga toleransi antarumat beragama dan bagaimana kita bersikap kepada umat lain sebagai warga negara.

“Diskriminasi, ketidakadilan, dan konflik sering kali timbul akibat ketidaktahuan atau ketakutan terhadap apa yang berbeda. Kita perlu menghargai perbedaan dan mempromosikan pemahaman keberagaman kepada semua umat. Hidup rukun dan damai ada manfaatnya. Mungkin belum saat ini manfaatnya kita rasakan, bisa jadi suatu saat nanti manfaatnya akan kita rasakan,” tambah Pendeta Michael.

Koordinator GUSDURian Sulampua, Djemi Radji juga turut menyampaikan kepada seluruh peserta dialog bahwa sebenarnya pertemuan ini merupakan momen yang sangat bagus yang perlu didorong lagi oleh teman-teman GUSDURian Boalemo.

“GUSDURian itu lahir atas situasi saat Gus Dur wafat. Saat Gus Dur wafat ada banyak masalah yang tidak bisa dibendung. Sehingga untuk merespons persoalan tanah air, para keluarga, sahabat, dan murid-murid Gus Dur membentuk Komunitas GUSDURian,” ucap Djemi.

Djemi Radji juga menambahkan bahwa Kabupaten Boalemo ini cukup plural, ada banyak daerah yang di Kabupaten Boalemo yang menjadi basis keberagaman dan tidak ada jejak intoleran di Kabupaten Boalemo dan itu sudah terbukti.

“Kalau kita melacak intoleransi di Kabupaten Boalemo, itu tidak ada. Tetapi jika kita melacak keberagaman itu banyak. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa keharmonisan antaragama akan bertahan, sementara di sisi lain kita semua tidak ingin ada gesekan antaragama. Sehingga merawat keberagaman bukan hanya tugas GUSDURian, tetapi tugas kita bersama.

“Gus Dur pernah bilang bahwa Indonesia ini ada karena keberagaman, kalau tidak ada keberagaman tidak ada Indonesia. Maka dari itu dengan adanya potensi keberagaman di Kabupaten Boalemo ini, pemerintah perlu mendorong agar Kabupaten Boalemo menjadi pusat studi keberagaman,” tutup Djemi.

Penggerak Komunitas GUSDURian Boalemo, Gorontalo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *