Menjadi Peserta ToF Youth Camp Muda Toleran, Julianur Rajak Husain Belajar dan Memperkuat Growth Mindset

Julianur Rajak Husain, adalah perempuan muda asal Gorontalo. Dirinya memiliki jam terbang seperti Lion Air yang pada Agustus 2023 menjadi maskapai penumpang terbanyak se-Asia Tenggara. Dari pernah menjadi Koordinator Hubungan Masyarakat (Humas) dan Pemasaran Universitas Negeri Gorontalo (UNG) TV, Pelaksana Pasar Studio Pangan Warga, Koordinator Fasilitator untuk program Sekolah Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia dari TULAR NALAR, hingga menjadi relawan Jeju Home Care (Jeju, Korea Selatan) Friendship From Indonesia. Penuh dengan pengalaman.

“Aku bisa ngerjain apa saja. Bekerja di depan atau belakang layar pun bisa-bisa aja. Bakat generalist-specialist ada banget,” ungkap Penggerak Gerakan 1000 Guru Gorontalo itu, Senin (23/1/2024).

Segudang pengalaman itu justru membuat dirinya menjadi padi. Semakin berisi semakin merunduk. Hal itu dilakukan dengan berusaha untuk terus mengasah Growth Mindset. Sebuah pola pikir yang dapat mendorongnya untuk melihat setiap peluang dalam situasi dan kondisi apa pun sebagai sebuah proses belajar.

Satu kegiatan yang mampu mempertajam Growth Mindset miliknya adalah saat menjadi peserta Training of Fasilitator (TOF) Youth Camp Muda Toleran yang diselenggarakan oleh Jaringan GUSDURian Indonesia.

Growth Mindset itu membuka kesempatan untuk menyadari perubahan-perubahan sederhana dari dalam diri,” imbuh Ketua OSIS yang meraih predikat 100 Ketua Osis Terbaik se-Indonesia versi Universitas Indonesia tahun 2014 itu.

Di TOF, dirinya belajar dan praktik Theory U yang digagas oleh Otto Scharmer. Menurutnya, langkah-langkah dalam praktik open mind (membuka pikiran), open heart (membuka hati), dan open will (membuka tekad), dengan belajar memahami dan menghindari suara-suara naluriah yang instan muncul dalam diri manusia dalam merespons sesuatu di luar dirinya, yakni voice of judgment (suara menghakimi), voice of cynicism (suara sinis – memandang rendah), dan voice of fear (suara ketakutan). Memiliki irisan dan senada dengan 3 poin untuk hidup secara penuh dan sungguh-sungguh (wholeheartedly) yakni: connection, compassion, courage, dalam buku The Gifts of Imperfections karya Brene Brown.

“Belajar dan Latihan voices (Praktik Teori U) adalah sesi yang aku suka. Hal itu mengingatkan momen kali pertama membaca buku karya Brene Brown,” kesan Relawan BUBATO Sumber Daya Manusia oleh Yayasan Gorontalo Baik Indonesia itu.

Koordinator Proyek PRAKSIS (Perempuan Beraksi Bisa Berbisnis) itu menegaskan, TOF berhasil meningkatkan kapasitas dan keterampilan dirinya sebagai fasilitator. Seperti mengetahui ice breaking dan metode pembelajaran yang baru dan seru serta mengembangkan teknik dalam implementasi metode pendalaman materi.

Selain itu, Jaringan GUSDURian sekaligus memberi praktik setelah TOF. Alhasil, dirinya sekali lagi berhasil mendapat pengalaman baru perihal toleransi dan keberagaman saat menjadi Fasilitator Youth Camp Muda Toleran.

“Itu benar-benar dari jadi cerita dan pengalaman baru dalam memfasilitasi program. Yang paling berkesan saat memfasilitasi peserta TOF adalah bagaimana teman-teman yang aku fasilitasi sebenarnya sekaligus menjadi teman belajar, berbagi, dan membangun diskusi. Pengalaman hidup mereka dapat memperkaya dokumentasi tentang apa saja yang sudah mereka hadapi, bagaimana kondisi di tempat mereka, bagaimana mereka beraksi. Jadi kelihatan banget kalau persoalan toleransi maupun keberagaman itu bisa beda-beda di tiap orang,” kata perempuan yang pernah magang di The Wave Coffee Roastery dan Gocha itu.

Dari pencapaiannya yang luar biasa saat ini, Lian ternyata pernah belajar satu metode untuk mengatasi rasa cemas. Yakni Grounding. Tujuan Grounding untuk menghadirkan dan menyadari momen saat ini yang secara tidak langsung membuat dirinya semakin memahami tentang apa saja yang dimiliki. Merasa cukup itu sebab memahami apa yang dimiliki. Hal itu terungkap saat Lian menjelaskan tiga kata yang diinisiasi bersama peserta TOF yang dalam gim check-in dan/atau check-out.

“Kalau aku check-in ngajak orang sebelah buat ikutan. Jadi semisal aku bilang ‘sehat’, teman berikutnya akan bilang ‘waras’, sampai orang ketiga akan bilang ‘cukup’”, ujar Kontributor Harian Gorontalo Post itu.

Di tengah berbagai kesuksesan yang ia raih, Lian sedang serius memikirkan masa depannya. Bukan perihal jodoh ya. Namun “Memikirkan tahun ini masih mau freelancer lagi kayak sebelum-sebelumnya atau mau ambil kerjaan tetap hehehe”.

Sebagai anak muda, perempuan, ia mengajak anak seusianya untuk memaksimalkan energi yang masih banyak dalam eksplorasi banyak hal untuk belajar. Ambil kesempatan maupun peluang yang tersedia saat ini. Percaya dan komitmen mampu menyelesaikannya dengan baik.

“Paling penting diingat adalah apa pun yang dilakukan sekarang jangan jadikan beban. Buat dirimu bebas untuk merasakan pengalaman-pengalaman mendebarkan. Pun jangan lupa untuk terus menengok keadaan diri sendiri. Selamat berpetualang! Temukan dirimu dari pelbagai kepingan cerita ketika dalam perjalanan”, tandas perempuan yang mewakili Gorontalo dalam Program JaWAra Internet Sehat itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *