SEMARANG – Mahasiswa baru (maba) sering kali mengalami kegugupan atau ketakutan berbicara di depan umum. Dengan latar belakang inilah UIN Walisongo berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam mengadakan diskusi bertajuk “Tips dan Pengalaman Mengatasi Rasa Rakut Berbicara di Depan Umum” yang bertempat di samping Auditorium Kampus 3 UIN Walisongo pada Rabu, (28/08).
Lebih dari 40 mahasiswa memadati diskusi, sebagian besar adalah mahasiswa baru. Turut hadir sejumlah mahasiswa lain yang tersebar di seluruh fakultas UIN Walisongo Semarang. Diskusi ini menghadirkan pemantik Wizi Mega Utami selaku Duta FISIP dari Ahmadiyya Muslim Student dan Neng Aneu dari Semarang Book Party.
Pemantik pertama, Wizi Mega Utama mengatakan salah satu latihan public speaking dapat dilakukan di depan cermin, atau dapat pula membuat video blog atau biasa dikenal vlog yang sekarang tengah marak.
“Kita bisa latihan depan cermin atau bikin vlog, kan sekarang lagi tren buat gitu-gitu,” ungkapnya.
Neng Aneu sebagai pemantik kedua menuturkan, selain berbicara ia juga turut menekankan pentingnya kemampuan mendengar agar lebih paham tentang pikiran orang lain.
“Perlunya belajar mendengarkan bagi kita juga agar lebih paham apa yang dipikirkan orang lain,” jelas mahasiswa yang biasa disapa Aneu tersebut.
Ia juga sangat mengapresiasi adanya diskusi yang diinisiasi GUSDRian dan HMJ PAI ini disambut baik oleh para mahasiswa meski dilakukan di sore hari selepas perkuliahan.
“Saya mengapresiasi antusiasme mahasiswa, apalagi mahasiswa mahad (asrama) yang terbatas waktunya. Harus sering kolaborasi acara positif seperti ini,“ tandasnya melalui saluran pesan singkat.
Yazid Nur Iman Yahya selaku Koordinator GUSDURian UIN Walisongo mengkonfirmasi, target diskusi ini adalah para mahasiswa baru yang ingin lebih mahir dalam public speaking dan berkomunikasi secara efektif.
“Keberadaan maba UIN Walisongo sangat relate dengan topik yang dibahas dalam acara ini, jadi memang targetnya menggaet para maba yang ingin belajar efektif dalam berkomunikasi,” tulisnya dalam pesan singkat.
Hal menarik dalam diskusi ini adalah keberadaan moderator diskusi, M. Ibnu AlGhifari yang berasal dari mahasiswa baru, sehingga menjadi bukti konkret bahwa ketakutan berbicara dapat dilatih khususnya bagi para maba.
Ghifari menjelaskan bahwa awalnya ia ragu menjadi moderator diskusi, namun berkat dukungan keluarga ia dapat dengan berani mengambil kesempatan tersebut. Ia juga menambahkan dulu sudah aktif sejak duduk di bangku sekolah sehingga lebih adaptif saat berbicara di depan umum.
“Jujur waktu saya mendapat tawaran untuk menjadi moderator diskusi, saya masih ragu dengan diri saya, namun berkat semangat dari ibu saya dan doanya yang selalu menyertai saya, saya memberanikan diri untuk maju pada kesempatan tersebut,” pungkasnya.