SERANG – Masih dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Komunitas GUSDURian Serang menyelenggarakan kegiatan diskusi tentang isu lingkungan yang bertajuk “Menghidupkan Semangat Gus Dur dalam Menumbuhkan Kesadaran Sosial dan Ekologis”. Acara digelar di Aula Umah Budaya Kaujon, Serang, Banten, pada Sabtu, 7 September 2024.
Diskusi kali ini merupakan rangkaian kegiatan Harlah Gus Dur yang kedua. Sebelumnya, GUSDURian Serang juga menyelenggarakan workshop menulis feature di Vihara Avalokitesvara Banten. Ada empat narasumber yang hadir pada diskusi kali ini yang dipandu oleh Silviana Mencus.
Adapun narasumber yang diundang di antaranya adalah Dr. Raden Imam Abdillah dari LAKPESDAM (Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) PCNU Kota Serang, Chandra Firmanto yang merupakan Direktur Bank Sampah Petra sekaligus Ketua Pemuda Katolik Banten, Novi Oktaviani ketua Bidang Kajian dan Advokasi KOPRI Banten, serta Mad Haer Efendy dari komunitas PENA Masyarakat.
Koordinator Komunitas GUSDURian Serang Taufik Hidayat menyampaikan dalam peringatan Harlah Gus Dur tahun 2024 ini GUSDURian mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam kesadaran lingkungan. Lingkungan menjadi poin penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar tetap sehat, bersih, dan higienis.
“Menjaga lingkungan adalah salah satu upaya konkrit membentuk kesadaran ekologis dalam mempertahankan budaya kebersihan di masyarakat, khususnya warga Serang,” katanya.
Taufik melanjutkan, kesadaran lingkungan ini merupakan salah satu nilai-nilai utama Gus Dur yang harus dilanjutkan bagi generasi bangsa dan generasi muda.
Tema yang diangkat dalam diskusi ini adalah menghidupkan semangat Gus Dur dalam menumbuhkan kesadaran sosial dan ekologis, sejatinya adalah bentuk upaya kita sebagai elemen masyarakat untuk membangun kesadaran diri terhadap pentingnya lingkungan yang bersih.
“Melalui peringatan Harlah Gus Dur ini, mari kita ajak masyarakat dengan kesadaran utuh untuk menjaga lingkungan di sekitar kita. Terutama hal-hal sederhana di lingkungan sekitar kita,” terangnya.
Raden Imam Abdillah, salah satu pemantik mengaitkan isu lingkungan dengan ajaran Islam.
Menurutnya, Al-Quran telah mengingatkan manusia untuk menjaga bumi sejak 14 abad silam. Ia menyoroti dampak negatif eksploitasi alam seperti penambangan nikel dan yang lainnya, dapat merusak lingkungan serta dampak buruk bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Imam juga mengatakan bahwa isu lingkungan belum banyak mendapat perhatian dalam diskursus kebijakan nasional. Menurutnya, meski Pancasila tidak secara spesifik mengatur tentang lingkungan, namun sebagai orang yang bertuhan, menjaga alam adalah bagian dari tanggung jawab moral.
“Mengutip Gus Dur, keseimbangan antara manusia dan alam sangat penting untuk menciptakan keadilan sosial,” ujarnya.
Sementara itu, Chandra Firmanto mengajak masyarakat untuk memulai aksi nyata dalam menjaga lingkungan, terutama dengan mengelola sampah.
Ia menekankan rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar. Oleh karena itu, masyarakat, terutama kaum muda, diharapkan berperan aktif dalam memilah sampah. Chandra juga menjelaskan bahwa sampah yang telah dipilah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
“Langkah kecil yang dilakukan seperti memilah sampah, dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan sekitar,” tambahnya.
Sedangkan Novi Oktaviani menyoroti dampak kerusakan lingkungan terhadap perempuan dan anak. Menurutnya, kelompok rentan ini sering kali terkena dampak langsung dari pencemaran, terutama dalam aktivitas domestik.
“Air yang tercemar dapat mengganggu kesehatan reproduksi perempuan, sementara udara yang tercemar memengaruhi perkembangan anak,” jelas Novi.
Ia mengingatkan bahwa isu lingkungan harus dilihat secara menyeluruh, karena dampaknya langsung dirasakan oleh semua kalangan, terutama kelompok rentan.
Sebagai penutup, Mad Haer Efendy menekankan bahwa keseimbangan antara manusia dengan alam harus terus diupayakan. Menurutnya, alam bagian dari tubuh manusia yang harus dijaga.
“Berbicara mengenai isu lingkungan, bukan hanya berbicara tentang sampah, namun juga berbicara mengenai keseimbangan alam yang lebih luas,” pungkasnya.
Mad Haer mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan yang sering kali tidak terungkap di media. Menurutnya, menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban pemerintah, akan tetapi kewajiban setiap individu.