Beberapa waktu lalu, GUSDURian Brebes mengunjungi Vihara Dharma Mulya Losari yang terletak di Kecamatan Losari, Brebes Barat. Lokasi Vihara ini sangat dekat dengan perbatasan antara Brebes, Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat.
Kunjungan diiniasiasi oleh penggerak GUSDURian Brebes yang turut merayakan Tahun Baru Imlek bersama jemaat vihara dan klenteng serta seluruh umat Tionghoa yang hadir dalam Malam Puja Bhakti.
Diceritakan oleh salah satu pengurus Vihara, Tan Ping atau biasa dikenal Sughiton, Bangunan Vihara dulunya adalah Klenteng.
“Kalau pagi rame sampai siang, karena memang pasar,” mulainya.
Ini hanya salah satu keunikan. Hal unik lainnya adalah bangunan vihara ini bukan sekadar bangunan untuk peribadatan namun jauh sebelum mapan diresmikan sebagai tempat ibadah umat Buddhis. Bangunan ini dulunya adalah sebuah klenteng. Ia mendapat kisah sejarah bangunan ini melalui para tetua yang dulu menjadi umat jemaat vihara dan klenteng.
Bangunan vihara ini juga cukup unik, karena letaknya di tengah pasar dan harus ditempuh masuk ke jalan kecil yang hanya dilalui oleh sepeda motor. Ia menambahkan bangunan ini lebih lama sebelum pasar dan masjid yang juga terletak di tengah-tengah pasar.
Saat dibawa berkeliling, kami menemukan tugu yang bertuliskan 1898, yakni tahun peresmian bangunan menjadi vihara yang bergandengan dengan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin. Ia memperkirakan sebelum tahun 1898 bangunan sudah beroperasi menjadi vihara atau klenteng, ditunjukkan dengan bukti prasasti berbahasa Mandarin yang ditulis oleh tetua.
Meskipun ia sendiri tidak bisa membaca pesan yang ditulis dalam prasasti namun dari cerita mulut ke mulut tetua, ia berkesimpulan bahwa adanya vihara dan klenteng adalah pertama di daerah tersebut dan jauh lebih lama dari tugu yang ada di muka depan bangunan Klenteng ini. Kemudian tahun 2000 mengalami perbaikan dan pemugaran hingga saat ini.
“Sebelumnya udah ada bangunan ini, kalau dari sejarahnya di tugu sejak 1898 itu baru ada kegiatan, udah lama terus dipugar tahun 2000-an, karena di tengah pasar seperti ini ya pernah kebanjiran beberapa tahun lalu,” kenangnya.
Vihara ini dulunya terletak di Pengabean Brebes, hingga berganti tempat saat ini di Losari, satu atap dengan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin. Ia menjelaskan tidak begitu paham alasan mengapa vihara berganti tempat di sini, hingga saat ini masih menjalankan fungsinya sebagai tempat ibadah.
Bangunan Vihara Dharma Mulya yang saat ini menjadi tempat ibadah umat Buddha serta Klenteng Hok Tek Tjeng Sin bagi umat Konghuchu mencerminkan budaya spiritual yang humanis, membuka diri bagi kalangan minoritas untuk menyongsong kehidupan beragama yang lebih berjiwa toleransi dan penuh makna pluralisme.
Komunitas GUSDURian Brebes berkomitmen menciptakan ruang-ruang keberagaman yang tidak terbatas pada pemahaman praktik ritual peribadatan semata namun mempergunakan interaksi lintas agama sebagai potret kesatuan berbangsa yang berbeda-beda namun tetap satu jua (Bhineka Tunggal Ika). Kerja-kerja sosial dalam praktik kerukunan umat beragama juga turut menciptakan kesetaraan dalam praktik religius yang sesungguhnya.