Peringatan Bom 13 Mei, Momentum Refleksi Toleransi dan Perdamaian di Surabaya

SURABAYA – Tujuh tahun setelah peristiwa Bom 13 Mei 2018, GUSDURian Surabaya bersama Gereja Santa Maria Tak Bercela; Ecology, Peace, and Interfaith Centre (EPIC) Indonesia; Pemuda Gereja Indonesia Wilayah (PGIW) Jawa Timur; Idenera; Pusat Pastoral Keuskupan Surabaya; Griya Rahmatan Lil’Alamin; Roemah Bhinneka; Setara Jawa Timur; dan Baha’i kembali memperingati peristiwa tersebut.

Berlokasi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jl. Ngagel Madya No. 1 Surabaya, peringatan ini dihadiri oleh sekitar 250 orang dari berbagai lintas iman dan generasi. Mengusung tema “Agama, untuk apa?” hadirin berpartisipasi tampil dalam mimbar bebas. Beberapa di antaranya pembacaan puisi berjudul “Kami tak ingin hidup dalam ketakutan lagi” dari anggota Griya Rahmatan Lil’alamin, Orasi tentang lingkungan dan perdamaian oleh Lucky dari WALHI Jatim, pembacaan cerpen oleh Andreas dari CNN, hingga nyanyian Konghucu yang dibawakan oleh Haruka. Video perspektif orang muda mengenai pentingnya agama serta cuplikan kegiatan sekolah advokasi yang sebelumnya dilakukan oleh GUSDURian berkolaborasi dengan berbagai komunitas juga diputar.

Kegiatan ini konsisten diadakan setiap 13 Mei sebagai pengingat bahwa kita pernah mengalami peristiwa teror bom. Siti Sumriyah, Koordinator GUSDURian Surabaya mengatakan bahwa dari peringatan ini semoga menjadi refleksi bahwa yang menjadi korban pengeboman tidak hanya mereka (korban di tiga lokasi pengeboman Surabaya), tapi semua umat yang trauma, termasuk umat Islam sendiri. “Peringatan ini hendaknya menjadi momentum perdamaian dan menghentikan diskriminasi,” tegasnya.

Para hadirin juga turut menuliskan harapan di “Dinding Harapan” serta mendonasikan pohon yang nantinya akan ditanam pada tanggal 18 Mei di Pemakaman Umum Keputih. Aksi tanam pohon ini juga menjadi simbol kerukunan dan perdamaian yang diharapkan senantiasa tumbuh di tengah warga Indonesia yang majemuk serta menjadi bukti aksi nyata kepedulian lingkungan.

Acara pun ditutup dengan pemberkatan pohon harapan yang dipimpin oleh 9 pemuka agama, yaitu RD. Robertus Tri Budi Widyanto dari Katolik, Pdt. Andri Purnawan dari Kristen, Budiono dari Islam, Liem Tiong Yang dari Konghucu, Jero Mangku Putu Agus dari Hindu, Samanera Kris dari Buddha, Alvito Deannova dari Penghayat, Bapak Hamdi dari Baha’i, dan Dhanny Kurniawan dari Tao.

Penggerak Gerdu Suroboyo/Komunitas GUSDURian Surabaya, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *