JOMBANG – Maraknya kekerasan terhadap perempuan yang beredar di media sosial akhir-akhir ini membuat masyarakat cemas, terutama orang tua yang punya anak. Hampir setiap hari beredar berita tentang pembunuhan, pemerkosaan, dan kekerasan terhadap perempuan yang masih anak-anak maupun sudah dewasa.
Menyikapi isu tersebut, Komunitas GUSDURian Jombang menyelenggarakan KGI (Kajian Gender Islam) di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Acara tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 24 Mei 2025, yang juga bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional untuk Perdamaian dan Perlucutan Senjata. Dalam kajian tersebut dijelaskan tentang sejarah kekerasan pada manusia dan perempuan, bagaimana Al-Qur’an dan tafsir memandang perempuan dan juga keadilan hakiki perempuan.
Pemateri pada kajian ini ialah Dr. Nur Rofiah (Dosen IAT Program Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta. Ia menjelaskan masih banyaknya masyarakat di Indonesia yang pola pikir patriarkinya masih kuat dan mendominasi.
“Ketika pelecehan seksual terjadi, perempuan kerap disalahkan karena pakaiannya, bukan karena perilaku buruk laki-laki. Cara berpikir rasional dan objektif dianggap milik laki-laki, sementara perempuan dicap emosional dan tidak objektif,” paparnya.

Ia mempertegas bahwa di dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13 dijelaskan bahwa Islam menegaskan bahwa manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan dijadikan bersuku-suku agar saling mengenal. Dan kemuliaan manusia ditentukan oleh takwa bukan jenis kelamin atau sosial.
“Kita memang anak kandung dari budaya patriarkis, tetapi kita bisa memilih menjadi anak kandung yang durhaka,” tegasnya.
Sebelum menutup kajian ini Rofiah memberikan penjelasan bahwa konsep mubadalah menekankan pada persamaan, sedangkan keadilan hakiki memberi perhatian khusus terhadap perempuan. “Kita sebagai pribadi yang bertakwa harus membangun citra diri, bukan sebagai makhluk fisik, tetapi sebagai makhluk yang berakal budi,” lanjutnya.
Terakhir ia berpesan kepada semua peserta semoga ke depannya ada orang-orang yang melanjutkan perjuangan Gus Dur dalam memperjuangkan hak-hak dan keadilan para perempuan seperti yang sudah dicontohkannya di masa lalu.