Berani Pecat Menteri di Masanya, Gus Dur “Tak Main-Main” dengan Persoalan Lingkungan

Gus Dur memecat menterinya, Nur Mahmudi Ismail dan menggantinya dengan Marzuki Usman, karena salah satu indikatornya bahwa Nur Mahmudi terlalu banyak mengobral izin eksploitasi sumber daya alam, dalam hal ini perhutanan dan perkebunan. Nur Mahmudi ditengarai mengeluarkan sebanyak 57 izin dengan luas 2 juta hektar. Ini yang membuat Gus Dur berang, marah, dan menggantinya dengan Marzuki Usman,” jawab Asman Azis, Penggerak GUSDURian Samarinda dalam kutipan wawancara NU Online yang diterbitkan pada Senin, 21 Agustus 2023.

Testimoni ini tentu memberikan refleksi terhadap kenyataan dan hiruk-pikuk yang sedang dialami negeri kita hari ini. Sosok guru bangsa bernama KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa akrab disapa Gus Dur itu merupakan salah satu inisiator, inspirator yang mengajarkan kepada masyarakat, pemimpin bangsa, pejabat, konglomerat hingga rakyat jelata agar benar-benar memperhatikan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Buktinya, Gus Dur berani memecat menterinya sendiri saat masih menjadi presiden, tentu dengan tujuan untuk misi penyelamatan lingkungan. Apakah persoalan tradisi memecat akan berdampak terhadap stereotip Gus Dur sebagai seorang diktator, otoriter, dan lain sebagainya? Mari kita buktikan.

Di dalam kitab Epos Nusantara, diterangkan bahwa ada delapan unsur alam yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan amanahnya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Pertama, bumi; artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku. Bagi orang Jawa, bumi adalah wadah untuk apa saja, baik ataupun buruk, yang diolahnya agar bisa berguna bagi kehidupan manusia. Kedua, air; artinya jujur, bersih, berwibawa, obat dahaga, lahir maupun dahaga akan ilmu pengetahuan serta kesejahteraan. Ketiga, api; artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan, serta penghukum yang adil dan tegas.

Keempat, angin; artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apa pun. Bisa sangat lembut, bersahaja, dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas dan selalu meladeni alam. Kelima, surya; artinya pemberi panas, pengatur waktu, serta penerang dan sebagai energi, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya surya atau matahari.

Keenam, rembulan; memiliki makna pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga cenderung mencekam dan seram: tidak mengancam tapi disegani. Ketujuh, lintang; berarti pemberi harapan baik kepada rakyatnya hingga setinggi bintang di langit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri serta mengakui kelebihan-kelebihan orang lain. Kedelapan, mendung; artinya pemberi perlindungan dan payung, tidak berpandangan sempit, banyak pengetahuan tentang hidup dan kehidupan, tidak mudah menerima laporan asal membuat senang. Dan suka memberi hadiah bagi yang berprestasi serta menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.

Seorang guru bangsa itu barangkali hanya terlahir dari keluarga pesantren yang sederhana, tetapi pemikiran, gagasan dan gerakannya dekat dengan semua kalangan, membumi di hati rakyat, hingga berdiri menjadi panglima dari rakyat yang tertindas. Sebagai pemimpin dan guru bangsa, Gus Dur berani memecat menterinya. Akan tetapi, bagaimana dengan pemimpin bangsa kita hari ini? Kasus terbaru soal tambang nikel di Raja Ampat terus menjadi sorotan yang tidak kunjung usai. Ada banyak rasa keprihatinan, kekecewaan, terhadap kondisi pulau yang berjuluk “The Last Paradise” itu.

Dikutip dari NU Online, setidaknya ada beberapa pencapaian lain Gus Dur yang telah dilakukan untuk melakukan penyelamatan lingkungan. Berikut 10 daftar penyelamatan lingkungan yang dilakukan oleh Gus Dur yang perlu diketahui oleh para pembaca:

Pertama, Gus Dur sebagai pendukung sekaligus pelindung para aktivis lingkungan pada zaman Orde Baru. Salah satu tempat teraman ketika para aktivis diintimidasi rezim militer Orde Baru kala itu adalah PBNU karena ada Gus Dur yang selalu siap menjadi pendukung dan pelindung. Kedua, Gus Dur adalah seorang penganjur reforma agraria yang sangat militan. Pada zaman Orba, melalui ceramah-ceramahnya, Gus Dur sangat lantang mengkritik soal perampasan tanah rakyat oleh negara. Menurut Gus Dur, ada 40 persen tanah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) adalah tanah yang dirampas dari rakyat dan harus dikembalikan kepada rakyat oleh negara. 

Ketiga, Gus Dur mendorong lahirnya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Nomor IX Tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. TAP MPR ini lahir pada saat Gus Dur menjadi Presiden. Keempat, Gus Dur merupakan pelopor dan inspirator pembangunan berbasis maritim. Saat menjabat presiden, pada tahun 1999, Gus Dur membentuk Departemen Eksplorasi Laut yang kini menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Kelima, Gus Dur adalah pelopor lahirnya green party. Gerakan ini bukan dalam pengertian partai berwarna hijau seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan Gus Dur. Tetapi green party itu bermakna bahwa partai politik harus punya komitmen yang kuat atas keberlanjutan lingkungan dan keadilan pengelolaan ekologi. Dikutip dari mongabay.co.id, terdapat tiga hal perlu dipenuhi dalam agenda hijau yang dimaksud Gus Dur. Pertama, harus bersifat kultural, bukan politis. Agenda tidak buat merebut kekuasaan tetapi memastikan agenda hijau itu untuk kelestarian lingkungan. Kedua, harus bicara tentang nilai-nilai lokal yang hidup, digali dari nilai-nilai lokal nusantara atau living knowledge. Ketiga, dengan koridor kebhinekaan.

Keenam, Gus Dur dikenal sangat getol dalam melawan industri ekstraktif. Sebab industri ekstraktif, dalam praktiknya, sangat merugikan masyarakat sekitar dan menghancurkan lingkungan. Salah satunya yang terjadi pada saat pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Ketujuh, Gus Dur memiliki terobosan kebijakan moratorium logging dan hutan selama 10-20 tahun untuk keberlanjutan kelestarian ekosistem dengan diikuti restorasi, koreksi regulasi, dan kebijakan atas para perusak sumber daya alam (SDA). Ini dibuktikan Gus Dur dengan langsung memecat para menterinya yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berdampak pada kerusakan lingkungan.

Kedelapan, Gus Dur punya gagasan tentang membangun kurikulum pendidikan Islam berbasis lingkungan. Ini juga salah satu kritik Gus Dur terhadap paradigma sebagian besar gerakan Islam dan pemikir-pemikir Islam yang sangat developmentalisme, sehingga tidak memberikan ruang untuk penguatan pendidikan agama yang juga bermuatan lingkungan.

Kesembilan, Gus Dur dianugerahi oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) sebagai tokoh pejuang lingkungan pada 2010. Sepuluh, Gus Dur membela gerakan Maulid Hijau yang didirikan oleh Aak Abdullah Al-Kudus, yang dianggap sesat karena mengadakan acara keagamaan di lingkungan alam.

Dari sepuluh gagasan, kebijakan, advokasi hingga pemberdayaan yang dilakukan oleh Gus Dur terkait dengan persoalan lingkungan, hanya keberanian memecat menterinya yang paling menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki jiwa ksatria dalam memperjuangkan kebenaran.

.

Penggerak Komunitas GUSDURian Sumenep, Madura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *