Makassar – Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT INTIM) Makassar, Prof. Dr. Lidya K. Tandirerung menjadi narasumber pada seminar nasional dalam rangka menyambut Bali Interfaith Movement 2024 pada Selasa, 10 Desember 2024.
Lidya K. Tandirerung dalam materinya menjelaskan terkait semangat Deklarasi Istiqlal untuk resolusi konflik dalam perspektif agama Kristen.
“Pesan kerukunan agama dan masyarakat sudah dijelaskan dalam Mazmur 133:1-3, yang menawarkan sebuah pandangan mendalam tentang keindahan dan kekuatan hidup dalam kerukunan,” ujarnya.
Dirinya juga memberikan penjelasan terkait bagaimana Deklarasi Istiqlal membangun keluarga global yang satu.
“Ketika kita berbicara terkait dengan resolusi konflik agama-agama juga sudah dijelaskan dalam Perjanjian Baru yang berbunyi, ‘Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap bangsa mana pun yang takut akan dia dan yang mengamalkan kebenaran, berkenan kepada-Nya’ (Kisah Para Rasul 10: 34-35 TB),” ungkapnya.
Selanjutnya, perempuan yang akrab disapa Lidya tersebut juga menjelaskan bahwa spiritual kasih yang rasional melibatkan dimensi relasi yang vertikal dan horisontal yang utuh, setara dan simultan,
“Olehnya, membangun paradigma pluralis sebagai praksis resolusi konflik, yakni mengakui potensi kebaikan dalam semua agama, mengatasi asumsi negatif terhadap agama lain, membangun semangat positif (passing over), dan penetrasi substansi dan metodologis paradigma pluralis dalam kurikulum pendidikan keagamaan,” imbuhnya.
Sebagai penutup Lidya menekankan terkait praksis dialog melalui dialog pertukaran pemahaman teologis, dialog kehidupan dan pengalaman religius, serta dialog aksi liberatif.