SURABAYA – Komunitas GUSDURian Surabaya sukses memperingati Haul ke-15 Gus Dur pada Minggu, 19 Januari 2025 yang digelar di halaman Masjid Cheng Hoo yang terletak di Jl. Gading No. 02, Ketabang, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Acara ini dilaksanakan bersama Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia dan didukung oleh 43 lembaga atau institusi dan dihadiri kurang lebih 500 orang.
Berbagai tokoh lintas agama dan tokoh nasional pun turut hadir, beberapa di antaranya Alissa Wahid (Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian), Mahfud MD (Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Indonesia), Hakim Jayli (Wakil Ketua PWNU JATIM sekaligus founder & CEO TV9), Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo (Uskup Keuskupan Surabaya), dan K. Syaiful Chalim (Ketua PCNU Surabaya).
Mengangkat tema “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah”, acara Haul ke-15 Gus Dur ini dimulai sejak pukul 08.00 dengan Khotmil Qur’an serentak se-Kota Surabaya. Kurang lebih 100 orang dari Fatayat Surabaya, Ahmadiyah Surabaya, PMMBN, GenZi, dan IPNU bersama-sama mengkhatamkan Al-Qur’an secara bandre’an di Masjid Cheng Hoo. Sedangkan 23 PAC Fatayat lainnya juga melaksanakan Khotmil Qur’an di kecamatan masing-masing. Lepas shalat Dhuhur berjamaah, acara dilaksanakan dengan pembacaan yasin dan tahlil, juga pujian shalawat yang diiringi tabuhan rebana oleh Jam’iyah al-Fattah Surabaya.
Malam puncak peringatan Haul dimulai selepas maghrib. Sejumlah rangkaian acara dari welcoming speech, sambutan, serta panggung budaya ditampilkan. Para undangan terlihat bersuka cita dan menikmati semua penampilan. Di antaranya ada banjari (Majelis Jam’iyah al-Fattah), barongsai (Klenteng Boen Bio), perform dongeng isyarat (Komunitas Cerita Teman Tuli), perform gamelan (ETNIKA Praise GKJW Waru), puisi lintas iman, video tentang Gus Dur di mata anak muda, hingga orasi kebangsaan.
Prof. Mahfud dalam orasinya mengatakan bahwa Gus Dur adalah tokoh Islam yang dalam abad ini belum ada duanya. Sebagai seorang Muslim ia membawa Islam ke tataran terhormat di kancah internasional. Dalam gerakan politik kebangsaan, Indonesia sebagai negara sudah menganut ideologi final. Negara kebangsaan adalah identitas sub geopolitik tertentu di mana mereka hidup bersama karena kesamaan nasib dan tujuan meskipun terdiri dari ikatan primordial (agama, ras, suku) yang berbeda. Jika Indonesia tidak merawat perbedaan itu, Indonesia tidak akan pernah maju.
“Itulah sebabnya meskipun dulu kontroversial, Gus Dur kencang menyampaikan tentang pluralisme, sebuah paham berdasarkan kesadaran manusia lahir berbeda-beda dan mempunyai hak yang sama. Perbedaan itu adalah ciptaan Tuhan, pluralisme adalah fitrah, toleransi adalah pilarnya, di situlah muncul konsep demokrasi. Itulah kenapa Gus Dur disebut Bapak Pluralisme,” tegas profesor dari Madura tersebut.
Siti Sumriyah selaku Koordinator Gerakan GUSDURian Surabaya (Gerdu Suroboyo) juga menegaskan, sebagai komunitas yang berkiblat pada nilai-nilai yang diajarkan oleh Gus Dur, sejak 14 tahun lalu Gerdu sudah melakukan gerakan-gerakan sosial terutama kepada masyarakat akar rumput. Dimulai dari pendampingan masyarakat, forum diskusi, serta aksi-aksi nyata. Ajaran Gus Dur, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya menjadi pegangan arek Gerdu. “Ke depannya GUSDURian Surabaya akan fokus pada dua hal: ekologi dan pendampingan masyarakat,” pungkasnya.
Alissa, sapaan akrab Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian mengatakan, Gus Dur adalah buku di mana kita bisa mengambil pelajaran, yang semoga bisa menjadi jalan kebaikan. “Gus Dur berangkat dari keyakinan bahwa sebagai hamba Allah tugasnya untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil’alamin, bukan rahmatan lil muslimin, Islam jadi rahmat untuk semuanya. Bukan mengambil (hak), tapi memberi seluas-luasnya,” jelasnya.
Acara Haul ke-15 Gus Dur GUSDURian Surabaya ditayangkan secara langsung (live) oleh TV9 Nusantara dan dapat ditonton ulang di Youtube channel TV9 Nusantara.