Hari Ketiga Halaqah Kubra KUPI Membahas Isu Prioritas Perempuan yang Berdampak secara Luas

YOGYAKARTA – Hari ketiga Halaqah Kubra KUPI masih berlangsung di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Minggu, 14 Desember 2025. Sekretaris Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM-KUPI) Masruchah dalam kesempatan wawancara pada Tim Media KUPI mengatakan bahwa pada sesi ini, para peserta Halaqah Kubra KUPI akan membincang dan merefleksikan hasil diskusi hari kedua yang berlangsung dalam empat kelompok. Keempat kelompok tersebut membahas refleksi sistem pengetahuan, refleksi otoritas ulama perempuan, refleksi ekosistem gerakan, serta refleksi pembumian paradigma dan pandangan keagamaan KUPI. 

“Pagi ini, masing-masing kelompok akan berbagi temuan dan pelajaran yang mereka dapatkan dari proses diskusi sehari sebelumnya,” ujarnya.

Dari paparan tersebut, peserta Halaqah Kubra KUPI akan saling memberi tanggapan dan melakukan refleksi bersama, mengapa temuan-temuan itu muncul? Konteks apa yang melatarinya, dan apa maknanya bagi gerakan KUPI? Setelah itu, peserta akan diajak untuk kembali berdiskusi dalam tiga kelompok besar dengan fokus pada isu-isu strategis dalam tiga konteks, yaitu diri (tubuh), keluarga, dan komunitas.

“Ketika kita berbicara tentang isu strategis komunitas, yang dimaksud adalah isu-isu yang bersifat massif. Massif tidak hanya dalam skala nasional, tetapi juga berdampak hingga level global. Isu-isu ini dipandang sebagai persoalan serius yang, jika tidak disikapi—misalnya oleh KUPI—dapat berdampak langsung pada kehidupan perempuan, bangsa, dan komunitas secara luas. Karena itu, isu-isu tersebut menjadi prioritas,”terang Masruchah.

Selain itu, isu prioritas ini juga merupakan wilayah yang belum banyak disentuh oleh pandangan keagamaan atau fatwa dari kelompok lain. Artinya, ada potensi bahaya jika tidak ada sikap keagamaan yang jelas dan bertanggung jawab. Seluruh pembahasan ini harus berbasis pada data dan fakta, bukan asumsi. Basisnya adalah kajian yang kuat, sejalan dengan karakter KUPI sebagai gerakan intelektual, kultural, sosial, dan spiritual.

Setiap kelompok akan merumuskan dua isu prioritas. Dengan tiga konteks tubuh atau diri, keluarga, dan komunitas, yang akan terkumpul menjadi enam isu. Namun, isu-isu ini tidak hanya berhenti di situ. Karena ruang juang KUPI mencakup keluarga, komunitas, gerakan, negara, dan relasi dengan alam. Isu-isu tersebut juga akan dilihat kembali melalui pendekatan dan konteks yang berbeda-beda. Dari proses ini, biasanya muncul perbedaan penekanan makna antara isu ketubuhan, keluarga, dan komunitas.

“Selanjutnya, enam isu tersebut akan disaring kembali hingga mengerucut menjadi dua atau tiga isu utama, atau enam isu yang benar-benar disepakati. Temuan dari seluruh kelompok ini kemudian akan dibawa ke forum yang lebih besar, yakni Majelis Musyawarah KUPI, dengan melibatkan lima lembaga penyangga KUPI, yakni Alimat, Rahima, Fahmina, Gusdurian dan Aman Indonesia,”tutur Masruchah.

Proses ini menjadi bagian penting dari persiapan menuju Kongres KUPI ke-3. Isu-isu yang diusulkan diharapkan sudah matang, memiliki landasan sosiologis, tashawwur yang jelas, basis data dan realitas sosial, serta dilengkapi dengan dalil-dalil keagamaan. Dengan demikian, peserta dapat menjelaskan secara ringkas namun utuh, sehingga isu-isu tersebut layak dipertimbangkan untuk dibawa dan dibahas lebih lanjut dalam KUPI ke-3.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *