CIPUTAT – Komunitas GUSDURian Ciputat bersama GUSDURian Jakarta dan Islami.co menggelar Diskusi Buku Gus Dur Nahkoda Perubahan. Agenda ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Haul ke-16 Gus Dur yang bertempat di Outlier Cafe & Studio, Ciputat, Tangerang Selatan pada Selasa (16/12/2025).
Dalam pemaparannya, penulis buku, Iryan Ali Herdiansyah menyampaikan keresahannya terhadap pemimpin negara yang tidak memiliki acuan nilai. Dalam lima tahun terakhir ia tak melihat pemimpin pemerintah yang memegang nilai yang menjadi fondasi kebijakan-kebijakannya. Sebaliknya, mereka lebih menekankan aspek yang kasat mata saja.
“Bahayanya pemimpin yang lemah dalam values itu tidak mengindahkan kaidah-kaidah atau aspirasi yang lain. Semisal pembangunan IKN, itu kan tak mengabaikan aspek ekologis, kemanusiaan,” kata Iryan mengungkapkan motivasi lahirnya buku itu.
Dengan demikian, menurutnya para pemegang otoritas hari ini perlu berguru kepada Gus Dur. Meski Gus Dur menduduki jabatan presiden kurang dari dua tahun tapi banyak capaian yang ia lakukan. Di antaranya yakni pencabutan TAP MPR no. 25 tahun 1966 dan peningkatan ekonomi 4,9 persen.
Hal tersebut, menurutnya, disebabkan oleh komitmen Gus Dur terhadap nilai yang diyakininya.
“Nilai menjadi warisan terbesar dari seorang pemimpin, Gus Dur. Jadi nilai ini yang mendorong kebijakan-kebijakannya dan penting untuk dipegang generasi muda atau setelah Gus Dur,” ujar alumnus Ilmu Sejarah Universitas Indonesia itu.
Sementara itu, aktivis GUSDURian Ciputat Ade Pradiansyah berpandangan bahwa komitmen Gus Dur dalam mempertahankan nilai berakar dari mental spiritualisme. Mental ini disebut sebagai benteng bagi Gus Dur ketika berhadapan dengan tawaran transaksional atau iming-iming parsial yang kerap menjebak seorang pemimpin.
“Spiritualisme di sini itu bukan istilah yang mistik, yang kerap digambarkan dengan puasa atau ke mana-mana, melainkan kesadaran diri tentang tanggung jawab, ketulusan, sungguh-sungguh dan lain sebagainya. Bukan hanya ritual,” tegas pria lulusan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri itu.
Ia menyebut, mental semacam itu diasah Gus Dur dalam waktu relatif lama. Teladan ini, Gus Dur alamatkan kepada keterbukaan dan kebijaksanaan Kiai Kampung.
“Sehingga kebijaksanaan ini digunakan Gus Dur untuk melihat persoalan sekaligus merumuskan kebijakan yang berpihak kepada rakyat,” terangnya dilanjutkan dengan menukil kaidah fikih.
Namun ia menyayangkan penjelasan yang tidak tuntas terhadap kaidah tersebut. Pasalnya, hal itu membuka bias maslahat pribadi dan umum.
“Jadi yang dimaksud kemaslahatan di sini itu al-aham fal aham, maslahat yang paling esensial. Dan ini yang selalu dilakukan oleh Gus Dur ketika beliau memimpin atau mengambil sebuah kebijakan,” ungkapnya.
Dilansir dari gusdurian.net, ada 9 Nilai Utama yang melandasi pemikiran dan keteladanan Gus Dur. Sembilan nilai tersebut yakni Ketauhidan atau spiritualitas, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, dan kearifan tradisi.
Untuk diketahui, agenda yang berlangsung sekitar dua jam tersebut didukung oleh GUSDURian Store dan Islami.co. Haul ke-16 Gus Dur akan diselenggarakan di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta pada Sabtu (20/12/2025) mendatang.









