Masuknya Islam di Bima membawa berbagai laku dan tradisi yang sampai hari ini masih dilakukan oleh masyarakat Bima secara umum. Contohnya, upacara Hanta Ua Pua dalam menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, upacara Peta Kapanca yang disertai pembacaan kitab Maulid al-Barzanji pada prosesi acara pernikahan, dan banyak lagi. Selain terdapat dalam bentuk tradisi yang bisa dilihat oleh siapa pun, pengaruh Islam juga sampai kepada pola pikir dan kepercayaan akan hal-hal tertentu.
Hal ini tampak pada orang tua di Bima yang sering membicarakan tentang Nur Allah dan Nur Muhammad. Perbincangan ini merupakan kepercayaan terhadap makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, yaitu Nur Muhammad. Jika ditarik lagi, ini adalah kepercayaan pada penciptaan alam semesta yang bermula dari adanya Nur (cahaya) yang disebut Muhammad. Kepercayaan ini tampak ketika orang tua memulai pembicaraan, sering diawali dengan pertanyaan tentang diri. Siapa Anda sebenarnya? Memang Ngaji Tua atau umum disebut Ngaji Fitua merupakan kajian tentang siapa manusia pada hakikatnya.
Kepercayaan akan adanya Nur Muhammad ini terdapat dalam beberapa kitab klasik, seperti kitab Daqaiqul Akhbar yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahim bin Ahmad al-Qadhi. Kitab ini pada bab awal menyinggung tentang adanya Nur Muhammad yang dianggap sebagai sebab asal-muasal terciptanya alam semesta. Pada kitab ini pula Imam Abdurrahim menulis bahwa Ruhul A’dzam yaitu ruh yang agung adalah Nur Nabi Muhammad SAW.
Mengacu pada artikel berjudul Nur Muhammad dalam Kitab Daqaiqul Akhbar yang ditulis oleh Dr. Syukri Abubakar, menjelaskan pada kitab Daqaiqul Akhbar menurut Syaikh Abdurrahim diriwayatkan suatu khabar:
Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon yang memiliki empat cabang, yaitu pohon yaqin. Kemudian Allah SWT menciptakan Nur Muhammad pada tempat yang terbuat dari mutiara yang berwarna putih dan berbentuk menyerupai burung merak, ditempatkan di pohon yaqin dan bertasbih selama 70.000 tahun lamanya. Dalam keyakinan masyarakat Bima, Nur Muhammad dipercaya sujud selama 70.000 tahun lamanya, berdasarkan keyakinan itu pada dasarnya makhluk tunduk atau sujud kepada Allah SWT.
Masih dalam kitab yang sama, dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan cermin kehidupan dan diletakkan dihadapan burung merak tersebut. Burung merak itu dihadapkan ke cermin, tampaklah rupanya yang sangat elok, kemudian merasa malu kepada Allah SWT hingga meneteskan keringat sebanyak enam kali. Oleh Allah SWT keenam tetesan itu kelak akan dijadikan sebagai makhluk lain yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, yang darinya diciptakan bunga mawar, padi dan seterusnya.
Walau masih menjadi perdebatan mengenai dalil yang digunakan tentang adanya Nur Muhammad, secara kultural masyarakat Bima sangat meyakini akan adanya Nur Muhammad. Bahwa Nur Muhammad adalah asal-muasal penciptaan alam semesta serta diyakini bahwa Nur itu pula yang ditiupkan kepada setiap ruh dalam jasad yang diciptakan Allah. Karena keyakinan itu, maka masyarakat Bima juga meyakini bahwa perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad adalah hal yang harus terus diamalkan, diajarkan kepada anak-turun pada kehidupan masyarakat Islam di Bima.
Walau kalangan ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, akan tetapi para masyarakat Bima sudah meyakini, dan bahkan memiliki kecenderungan untuk terus membicarakan serta meyakininya. Bagaimanapun melalui Ngaji Fitua, masyarakat Bima merasakan akan keagungan mahluk Allah yang bernama Nabi Muhammad SAW serta lebih dalam meyakini akan kekuasaan Allah SWT. Atas keyakinan mengenai ditiupkannya Nur Muhammad kepada setiap ruh-ruh yang bersemayam di dalam jasad, membentuk rasa syukur serta merasa bahwa bershalawat atas Nabi Muhammad serta tunduk pada kuasa Allah SWT adalah kebutuhan dan keharusan.
Pembahasan tentang Nur Muhammad selain terdapat dalam kitab yang dijelaskan di atas, juga terdapat dalam beberapa kitab seperti, kitab Syamsul Ma’arif, Sirrur Asrar, Dalailul Khairat, dan Minhajul Abidin. Serta terdapat keterangan pada kitab Maulid al-Barzanji yaitu “Aku mengucap shalawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal”.
Akan tetapi, sebagian ulama menolak anggapan tentang hal ini, karena dalam kitab Daqaiqul Akhbar hanya menyebutkan khabar saja, penolakan itu karena periwayatan hadis haruslah jelas sanad yang bersambung kepada Nabi Muhammad, matan yang tidak bertentang dan perawinya jelas dapat dipercaya. Bagaimanapun perdebatannya, sebagian ulama meyakini bahwa Nur Muhammad adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum menciptakan mahluk-mahluk yang lain. Sebagaimana masyarakat Muslim di Bima meyakininya.
Sumber: islami.co