Menyambut Haul Gus Dur ke-12, GUSDURian Makassar mengadakan acara ‘Festival Bulan Gus Dur’ sepanjang Desember-Januari. Salah satu rangkaian acara tersebut adalah diskusi dan bedah buku. Pada kesempatan ini, buku yang dibedah adalah Gender Gus Dur: Tonggak Kebijakan Kesetaraan Gender era Presiden Abdurrahman Wahid. Kegiatan ini berlangsung di Aula FKIP UIM pada Selasa (25/1/2021) lalu.
Acara ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Herwanita, Fatayat NU Sulsel; Afifuddin Harisah, Ketua RMI Sulsel; dan Siti Indah Khanazahrah, Pembina Komunitas Literasi Perempuan Makassar. Turut hadir pula pengurus PMII UIM Cabang Metro Makassar, Muh. Ihza Mahendra selaku moderator.
Acara ini membahas pandangan Gus Dur terkait dengan kesetaraan gender. Herwanita menjelaskan mengenai beberapa kebijakan Gus Dur saat masih menjabat sebagai presiden yang melindungi hak-hak perempuan sebagai warga negara.
“Saya kira buku ini lahir untuk mengingatkan kita kembali bagaimana Gus Dur hadir untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender. Gus Dur pernah mengeluarkan Inpres No. 9 tahun 2000, yang saya kira kebijakan itu setara dengan RUU PKS yang sampai saat ini masih menggantung di DPR,” terang Herwanita.
Lebih lanjut, Afifuddin Harisah menjelaskan bahwa Gus Dur sangat berjasa dalam menafsirkan ayat-ayat misogini. Menurut Arifuddin, perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan dan peluang yang sama dalam setiap aspek sosial.
“Rasulullah sebenarnya sudah banyak mencontohkan kepada umatnya bagaimana memuliakan perempuan. Apa yang dilakukan Gus Dur merupakan bentuk keteladanannya terhadap Rasulullah,” ujar Afifuddin Harisah di tengah-tengah materi.
Siti Indah Khazazahrah turut menambahkan, ketika kita membaca buku sejarah sebenarnya hampir semua tokoh pencerah membicarakan isu kesetaraan manusia. Kesetaraan manusia bukan hanya dalam aspek ras, politik, tetapi juga gender.
“Apa yang dilakukan Gus Dur setara dengan apa yang dilakukan Abraham Lincoln, Nelson Mandela, dan Martin Luther King Jr. Bahkan ada yang menyamakan apa yang dilakukan Gus Dur dengan Nabi Musa dalam membela golongan yang lemah,” paparnya.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi GUSDURian Makassar dengan berbagai komunitas dan organisasi di kota Makassar. Beberapa organisasi tersebut adalah Lapar Sulsel, LTTNU Sulsel, PMII Komisariat UIM, UKM Pers UIM, Komunitas Literasi Perempuan Makassar, Jalin Harmoni, dan Kopri Cabang Gowa.